Pantai Hutan Kera Nepa Madura. Mendengar sekilas tentang Madura, tentu terlintas di pikiran sebuah pulau yang memiliki cuaca panas. Yah... itu memang benar. Namun, bagaimana rasanya jika di pulau garam ini tersaji pemandangan pantai lepas dengan suasana alam hutan mangrove beserta penghuni habitat aslinya.
Ditambah adanya perpaduan air tawar yang bersebelahan dengan laut?. Hm... pasti menjadi pemandangan alam yang sempurna dan semua keindahan itu bisa ditemukan dan dinikmati di Pulau Madura.
Pantai Hutan Kera Nepa |
Pantai Hutan Kera Nepa terletak di Desa Nepa, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, Indonesia. Berada di sisi utama Pulau Madura, rute ke tempat wisata di Madura ini terbilang mudah dengan akses jalan yang baik.
Wisata Pantai Hutan Kera Nepa merupakan wisata pantai di Madura yang menawarkan pemandangan hutan beserta penghuni aslinya yaitu kera abu-abu. Sesuai namanya, ada dua lokasi yang terkenal di tempat wisata ini :
1. Pantai Nepa
Pantai Nepa |
Hamparan pasirnya sangat luas, berwarna putih kecoklatan. Tapi kabar buruknya.... masih ada sampah berkeliaran di sepanjang pantainya. Pantai Nepa hanya cocok untuk bermain air di pesisir. Di pantai lepas ini tidak disarankan untuk berenang karena ombak yang cukup besar.
Konon dulunya pantai ini ditumbuhi banyak pohon nipah yang daunnya bisa dimanfaatkan sebagai atap. Itulah kenapa pantai ini dinamakan Pantai Nepa.
2. Hutan Kera Nepa
Hutan Kera Nepa |
Sekilas, tempat wisata di Madura ini hampir mirip dengan wisata hutan monyet Sangeh - Bali. Jika gapura masuk membuat penasaran, tidak ada salahnya untuk mencoba menyusuri Hutan Kera Nepa yang mempunyai legenda unik serta petilasan di dalamnya.
Ada beberapa legenda yang menjadi asal usul kenapa tempat wisata di Madura ini bisa dihuni oleh kumpulan kera abu-abu. Berikut dua legenda Hutan Kera Nepa yang beredar di masyarakat sekitar :
- Bindoro Gong - orang pertama yang membabat Pulau Madura, mendirikan kerajaan pertama kali di Madura. Kemudian kerajaannya diwariskan pada putranya bernama Raden Segoro (dimakamkan di tengah hutan kera). Raden Segoro yang tidak mempunyai ahli waris menunjuk seorang pemimpin untuk menggantikannya sebelum meninggal yaitu Raden Praseno. Dengan adanya pemimpin baru, pro dan kontra membuat rakyat sering bertikai. Akhirnya Raden Praseno membagi wilayah menjadi dua bagian. Namun, rakyat masih terus bertikai, akhirnya dewata murka dan mengutuk mereka menjadi kera dan memberi patok kayu (pohon) diantara batas wilayah tersebut. Siapa yang melanggar batas akan mendapat kutukan, kecuali saling memberikan pertolongan atau pengobatan.
- Raden Segoro merupakan cucu dari Raja Medangkamulan di Kraton Giliwengsi. Karena pembicaraan dengan ibunya didengarkan oleh para prajuritnya dengan sengaja, dia menjadi sangat marah dan mengutuk para prajurit itu menjadi kera yang turun-temurun akan mendiami daerah di sekitar rumah Raden Segoro, yaitu Pantai Nepa. Dengan kesaktiannya, Raden Segoro mengubah rumah dan daerah sekitar tempat tinggalnya menjadi hutan.
Konon, di tempat wisata Hutan Kera Nepa ini masih ditemukan bekas reruntuhan bangunan yang dipercaya sebagai tempat tinggal Raden Segoro dan ibunya. Sedangkan kera-kera yang menurut legenda merupakan jelmaan prajurit, cukup jinak dan bisa berinteraksi baik jika bertemu manusia. Jadi, manusia juga harus berinteraksi baik dan tidak bertingkah yang membuat kera-kera menjadi agresif.
Sebagian Kera Hutan Nepa |
Menyusuri Hutan Kera Nepa adalah hal menarik yang bisa dilakukan di tempat wisata di Madura ini. Rasa deg-deg'an sekaligus waspada akan adanya monyet yang tiba-tiba mengikuti ataupun hanya sekedar lalu lalang akan memberikan cerita unik tersendiri ketika berkunjung di tempat wisata Hutan Kera Nepa.
Jika tidak ada kera yang nampak, mungkin bisa menggunakan mantra andalan masyarakat sekitar untuk memanggil kera-kera tersebut yaitu dengan membunyikan suara 'Lo...laliloooo'. Jika suara lumayan merdu, barangkali kera-kera mau bertemu sang empunya suara. But don't try this at home.
Jika tidak ada kera yang nampak, mungkin bisa menggunakan mantra andalan masyarakat sekitar untuk memanggil kera-kera tersebut yaitu dengan membunyikan suara 'Lo...laliloooo'. Jika suara lumayan merdu, barangkali kera-kera mau bertemu sang empunya suara. But don't try this at home.
Mengenal legenda, mitos dan penorama alam yang lengkap pasti akan menghilangkan rasa bosan. Biasanya ada pemandangan unik yang bisa disaksikan yaitu kumpulan anak-anak kecil yang bermain dengan melompat dari jembatan ke muara sungai, tentu dengan monyet-monyet yang lalu lalang menunggu cemilan gratis . Ah... teringat masa lalu, antara teori Darwin dan permainan masa kecil.
Tips wisata ke Pantai Hutan Kera Nepa :
- Waktu yang cocok adalah pagi dan sore hari. jika cuaca cerah, area pantai sangat panas.
- Bawalah pelindung kepala untuk menghindari sengatan sinar matahari yang sangat terik.
- Tidak disarankan untuk berenang di area pantai yang mempunyai ombak lumayan besar.
- Sebaiknya menggunakan pemandu jika masuk ke Hutan Kera Nepa. Bisa menghubungi petugas.
- Belilah kacang di warung sekitar sebelum masuk ke Hutan Kera Nepa. Namun hati-hati saat memberi makan. Kera yang tidak sabar bisa saja mengambil sendiri cemilan yang nampak di kantong.
- Jangan memberikan makanan yang membahayakan kera.
- Jagalah sikap di area petilasan karena diarea tersebut masih digunakan untuk sembayang.
- Tetap bersikap sopan santun dan taati tata tertib di Hutan Kera Nepa.
- Jaga sikap untuk tidak memancing kera menjadi agresif.
- Jangan menambah kotor area wisata dengan membuang sampah sembarangan.