Candi Penataran bisa dibilang masih menjadi wisata sejarah andalan di kota Blitar. Namun, sejarah tidak hanya berpusat di situ saja. Selain Candi Penataran, banyak candi dan situs yang tersebar di area Blitar kota maupun kabupaten.
Bagi pecinta sejarah, mengunjungi beberapa situs candi di Blitar pasti bisa menjadi pengalaman seru, karena masing-masing candi ataupun situs tersebut memiliki kisah sejarah yang berbeda. Sebut saja Situs Kalicilik atau Candi Sumber Nanas, pasti belum banyak masyarakat yang mengenal kedua situs tersebut. tetapi bagi pecinta sejarah, kedua situs itu memiliki nilai yang sangat penting.
Bagi pecinta sejarah, mengunjungi beberapa situs candi di Blitar pasti bisa menjadi pengalaman seru, karena masing-masing candi ataupun situs tersebut memiliki kisah sejarah yang berbeda. Sebut saja Situs Kalicilik atau Candi Sumber Nanas, pasti belum banyak masyarakat yang mengenal kedua situs tersebut. tetapi bagi pecinta sejarah, kedua situs itu memiliki nilai yang sangat penting.
Situs Kalicilik dan Candi Sumbernanas berada di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Untuk ke lokasi kedua tempat tersebut ada dua alternatif rute :
- Jalan utama Pare - Blitar dan lurus ke arah timur sekitar 2 kilometer menuju Kantor Desa Candirejo.
- Jalur alternatif Blitar - Kediri lewat Ponggok, tepatnya di Desa Bacem.
Letak kedua candi tersebut tidak terpaut jauh dan sudah sangat dikenal masyarakat sekitar. Jadi tidak perlu kuatir jika ingin mengunjungi salah satu situs sejarah di Kabupaten Blitar ini. Candi Kalicilik berada di pinggir jalan, di tengah kerumunan rumah-rumah warga di Desa Candirejo. Sedangkan Candi Sumbernanas berada agak jauh di tengah ladang warga.
Situs Kalicilik
Berdasar penemuan arca Agastya, Candi Kalicilik adalah candi Hindu-Siwa dengan tampilan yang unik karena terbuat dari bata merah dan batu andesit yang masih utuh. Candi Kalicilik merupakan peninggalan Majapahit pada masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi dengan adanya tahun 1271 Saka (1349 M) yang terpahat di pintu masuk candi. Bangunan bujur sangkar ini memiliki ukuran 6,8 m2 dengan tinggi 8,3m. Pada bagian atas di keempat pintunya dihiasi oleh kala.
Candi Kalicilik Masa Lalu |
Pada bilik candi kosong dan di dindingnya terdapat relief Dewa Surya yang dikelilingi sinar matahari. Relief itu diyakini sebagai relief Surya Majapahit, yaitu simbol kerajaan Majapahit. Meski begitu, belum diketahui fungsi candi ini karena dalam Negarakertagama maupun prasasti tidak pernah menyebutkannya.
Beberapa yang menyebut tentang Candi Kalicilik :
- Kitab Negarakertagama pupuh XL bait 5 : Pada tahun 1149 Saka (1227 Masehi) dia (Ken Angrok) berpulang ke swargaloka, meninggalkan dunia. Dia didharmakan di dua tempat di Kagnangan sebagai Siwa dan sebagai Budha di Usana.
- Kitab Pararaton pupuh XV bait 25 : Sang amurwabhumi (Ken Angrok) mangkat pada tahun 1169 Saka (1247 Masehi) dia didharmakan di Kagenengan.
- Raffles (1817) dalam History of Jawa, menyebut Candi Kalicilik dengan nama Candi Genengan.
- Hoepermans (1866) menyebut candi ini dengan Candi Puton.
- Agus Aris Munandar dalam Seminar Naskah Kuno Nusantara, kemungkinan Kagenengan tempat pendharmaan Ken Angrok adalah Candi Kalicilik. Sedangkan angka tahun yang menunjukkan masa Majapahit mungkin merupakan angka tahun peringatan terhadap peringatan pemugaran dari bangunan yang telah ada sebelumnya dari masa Singasari.
Ken Angrok adalah pendiri dinasti Rajasa yang keturunannya memerintah di Kerajaan Singasari dan Majapahit. Mengenai Kagenengan sebagai tempat pendharmaan Ken Angrok sebagai Siwa belum diketahui secara pasti.
Candi Kalicilik |
Candi Kalicilik terdiri dari tiga bagian yaitu candi, tubuh candi dan atap candi. Meski atapnya telah runtuh, tetapi masih ada ornamen kala yang diukir pada dinding batu bata merahnya. Sedangkan bagian kaki candi sebagian adalah hasil rekonstruksi karena bagian kaki yang asli sudah terkikis dan sulit untuk menopang bagian candi.
Tidak seperti tempat wisata sejarah di Blitar yang sudah populer, wisatawan yang datang ke Candi Kalicilik bisa dihitung dengan jari, bahkan sangat jarang. Sehingga tak heran jika gerbang pintu masuk ke area candi sering terkunci tanpa tahu dimana sang penjaga. Ini juga karena kurangnya wisatawan yang berkunjung kecuali ada kunjungan khusus. Jadi jika tidak bisa masuk ya.... silahkan mencoba lagi.
Candi Sumbernanas
Candi Sumbernanas |
Berbeda jauh dengan Candi Kalicilik, keadaan Candi Sumbernanas sudah runtuh ketika ditemukan pada tahun 1919 ketika tanah sekelilingnya longsor akibat letusan Gunung Kelud, menyisakan bagian kakinya san sisa-sisa reruntuhan. Candi Sumbernanas terdiri atas candi induk dan candi perwara, yang biasanya ada di depan candi induk.
Sumur Candi Bubrah |
Karena kondisinya yang sudah runtuh, masyarakat sekitar sering menyebutnya sebagai Candi Bubrah. Pada bagian kaki candi terdapat lubang yang disebut sumuran. Sumur ini berbentuk persegi yang diduga sebagai tempat penyimpanan peripih atau benda-benda magis. Candi yang memiliki sumuran biasanya berlatar belakang agama Hindu. Di atas sumuran biasanya terletak Dewa Siwa dalam wujud Lingga yang diletakkan di atas Yoni.
Candi Sumbernanas masih minim informasi tentang kapan dan untuk apa candi ini dibuat. Dari gaya bangunannya yang mirip dengan candi di Jawa Tengah, candi ini diperkirakan berasal dari abad 10 - 11 M.
Tips Wisata Candi Kalicilik & Candi Sumbernanas :
- Taati peraturan yang ada di area cagar budaya.
- Jangan merusak, memindahkan, membawa cagar budaya tanpa ijin dari instansi terkait.
- Jangan melakukan vandalisme di area situs sejarah.
- Biasanya area wisata tetap terbuka meski pos penjagaan kosong. Jika ingin masuk, tetap taati peraturan.
- Jangan mengotori area wisata yang susah terawat baik.
Referensi : Perpustakaan BPCB JATIM, K 070,930, wikipedia, situsbudaya.id