Museum Kereta Api Bondowoso. Berkunjung ke Bondowoso belumlah lengkap jika hanya mengunjungi Kawah Ijen yang sangat tersohor di kalangan wisatawan mancanegara. Disamping wisata alam, ada satu titik di Bondowoso yang tidak kalah menarik bagi wisatawan dalam negeri, yaitu Museum Kereta Api Bondowoso.
Menjadi salah satu destinasi wisata baru di Bondowoso, museum ini menjadi sarana pengenalan sejarah kemerdekaan Indonesia dan perkeretaapian. Museum kereta api ini menyimpan kisah sejarah para pejuang yang masih tersimpan rapi di stasiun tua yang dikenal dengan peristiwa"Gerbong Maut".
Menjadi salah satu destinasi wisata baru di Bondowoso, museum ini menjadi sarana pengenalan sejarah kemerdekaan Indonesia dan perkeretaapian. Museum kereta api ini menyimpan kisah sejarah para pejuang yang masih tersimpan rapi di stasiun tua yang dikenal dengan peristiwa"Gerbong Maut".
Museum Kereta Api Bondowoso terletak di Jl. Imam Bonjol, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Bondowoso, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Berada di sebelah timur Alun-alun Bondowoso dan tidak terlalu jauh juga dari terminal bus Bondowoso.
Museum ini adalah museum kereta api pertama di Jawa Timur dan museum kereta api ketiga setelah Ambarawa dan Sawahlunto. Penetapan museum di Bondowoso ini terkait dengan sejarah peristiwa Gerbong Maut yang menewaskan 100 pejuang yang menjadi tawanan Belanda.
Sejarah Stasiun Bondowoso
Stasiun Kereta Api Bondowoso dibangun pada 23 Juni 1893 oleh arsitek Belanda. Stasiun ini berlanggam Indische Empire Style, gaya arsitektur barat yang berkembang pesat pada abad 18 dan 19, sebelum terjadinya westernisasi pada kota-kota di Indonesia pada awal abad ke-20. Indische Empire Style telah disesuaikan dengan iklim, teknologi dan bahan bangunan setempat.
Jalur kereta api dari Panarukan - Kalisat yang dioperasikan sejak 1 Oktober 1897 ini mengangkut hasil perkebunan dan pertanian seperti tembakau, kopi dan beras dari Jember, Banyuwangi, Bondowoso serta Situbondo ke Pelabuhan Panarukan untuk diekspor ke berbagai negara. Pada tahun 2004, PT. Kereta Api (Persero) menutup jalur ini karena penumpangnya sepi dan biaya operasional yang cukup besar.
Berawal dari pengangkutan komoditas penting, jalur kereta api yang menghubungkan Bondowoso - Kalisat - Klakah - Probolinggo - Surabaya ini malah digunakan untuk mengangkut para pejuang hingga memakan banyak korban yang dikenal dengan peristiwa Gerbong Maut.
Lalu bagaimana sejarah peristiwa Gerbong Maut?
Agresi Militer Belanda
Di tengah suasana saling tidak puas antar dua kubu pasca perundingan Linggarjati (21 Juli 1947), Belanda mengambil aksi sepihak yaitu agresi militer untuk melindungi kepentingan ekonomi di Jawa dan Sumatra. Dengan sandi 'Operasi Produk', aksi militer tersebut sukses menguasai kota-kota strategis di Jawa. Sedangkan di Jawa Timur, pasukan Belanda berhasil merebut daerah-daerah lumbung padi, perkebunan gula, kopi dan pabrik kertas yang sangat berharga.
Bondowoso dapat dikuasai Belanda dalam waktu satu jam. Meski begitu, beberapa kesatuan militer Indonesia masih mencoba datang kembali ke Bondowoso dan Jember pada serbuan tengah malam untuk mengganggu tentara Belanda di dalam kota.
Rencana Pemindahan Tawanan
Pada 4 Agustus 1947 keluar perintah penghentian tembak menembak dari pemerintah Indonesia dan Belanda. Walaupun sudah ada kesepakatan gencatan senjata di tingkat pusat, masih terjadi penangkapan anggota TNI dan tokoh sipil pendukung republik di Bondowoso dan Jember. Semua tahanan politik dijebloskan di dalam penjara Bondowoso.
Terlalu banyaknya pejuang Indonesia yang ditangkap, penjara menjadi penuh. Pada 22 November 1947, Belanda hendak memindahkan para tawanan ke penjara bubutan Surabaya, tetapi ditunda untuk menghindari keributan karena banyaknya kerumunan keluarga yang berkumpul di stasiun Bondowoso.
Perjalanan Gerbong Maut
Pemindahan tawanan tahap I dan II berjalan baik karena gerbong diberi ventilasi sekitar 10-15 cm dan di setiap stasiun pemberhentian, para tahanan mendapat makanan yang diberikan oleh rakyat. Pada hari Sabtu, 23 November 1947, pukul 04.00, pemindahan tahap III berlangsung dengan tahanan 100 orang.
Ada tiga gerbong yang digunakan Belanda untuk pemindahan tahanan tahap III yaitu :
- GR 10152 (gerbong baru) : 38 orang
- GR 4416 : 29 orang
- GR 5769 : 33 orang
Ketiga gerbong tanpa ventilasi udara itu ditutup rapat, bahkan lubang-lubang kecil pada sudut dan pintu gerbong disumpal oleh seorang mata-mata Belanda.
Replika Gerbong Maut |
Kereta diberangkatkan pada jam 7 pagi dari stasiun Bondowoso menuju Wonokromo. Di stasiun Kalisat, kereta api berhenti untuk menunggu rangkaian dari Banyuwangi untuk digandengkan. Posisi gerbong ada di emplasemen luar di bawah terik matahari, membuat udara dalam gerbong semakin pengap. Para tawanan mulai gelisah dan kepanasan.
Sepanjang perjalanan dari Kalisat ke Jember, para tawanan mulai berteriak panik dan beberapa pingsan. Perjalanan dari Jember ke Pasuruan adalah puncak penderitaan tawanan di dalam gerbong. Di dalam ruangan yang sempit dan penuh sesak, para tawanan kehausan.
Beberapa dari mereka nekat meminum air kencing mereka sendiri, beberapa membuat lubang angin sebisanya. Ada juga yang histeris sampai mencakar-cakar lantai dengan jarinya hingga berdarah.
Berlanjut dari Pasuruan ke Bangil, turun hujan deras mengguyur gerbong-gerbong tersebut membuat udara lebih sejuk. Namun nasip nahas menimpa gerbong GR 10152, karena gerbongnya masih baru, udara dan air hujan tidak bisa masuk. Pada pukul 19.30, kereta tiba di Wonokromo. Ketika gerbong dibuka didapati 90 orang dalam keadaan pingsan dan meninggal, hanya 10 orang yang masih bergerak.
Museum Kereta Api Bondowoso
Berlatar belakang dari peristiwa Gerbong Maut tersebut, stasiun tua yang telah dihentikan pengoperasiannya ini diresmikan menjadi museum pada 17 Agustus 2016. Tempat wisata di Bondowoso yang terbilang baru ini menyimpan berbagai koleksi peninggalan Stasiun Kereta Api Bondowoso sekaligus informasi sejarah perkeretaapian di Indonesia.
Ruang Pertama Museum |
Disini aura sejarah akan berpadu dengan edukasi, mulai dari komoditas Bondowoso hingga sejarah kereta api Indonesia. Tidak hanya menyajikan informasi saja, museum di Kota Tape ini juga dilengkapi dengan foto-foto kehidupan masyarakat Bondowoso jaman dahulu yang tertata rapi dan juga foto hitam putih tentang awal mula pembangunan jalur kereta api di Indonesia, khususnya antara Jember - Panarukan yang melintasi Bondowoso.
Koleksi Museum Kereta Api Bondowoso |
Kisah Gerbong Maut |
Nah, replika gerbong yang ada di museum ini tidak akan membakar siapapun yang masuk ke dalamnya seperti peristiwa "Gerbong Maut". Replika gerbong ini dibuat senyaman mungkin dengan dilengkapi karpet dan AC untuk sarana edukasi. Sedangkan gerbong asli yang merenggut puluhan nyawa pejuang, kini ada di Museum Brawijaya, Kota Malang.
Adanya Museum Kereta Api Bondowoso ini tentunya akan masuk di dalam daftar panjang tempat wisata di Bondowoso yang perlu dikunjungi saat berwisata di Kota Tape andalan Jawa Timur ini. Adanya museum ini juga memberi bukti bahwa kereta api pernah menjadi transportasi yang sangat vital pada masa itu.
Tips Wisata di Museum Kereta Api Bondowoso :
Adanya Museum Kereta Api Bondowoso ini tentunya akan masuk di dalam daftar panjang tempat wisata di Bondowoso yang perlu dikunjungi saat berwisata di Kota Tape andalan Jawa Timur ini. Adanya museum ini juga memberi bukti bahwa kereta api pernah menjadi transportasi yang sangat vital pada masa itu.
Tips Wisata di Museum Kereta Api Bondowoso :
- Museum dibuka pukul 09.00 - 16.00. Area parkir cukup luas di depan museum.
- Jangan mengotori area museum dan melakukan vandalisme di area stasiun.
- Replika gerbong maut hanya dibuka khusus untuk sarana edukasi atau kunjungan tertentu.