Siapa yang tidak mengenal Raden Wijaya?. Mendengar namanya tentu langsung tertuju pada kerajaan besar Majapahit yang pernah berjaya di Nusantara. Banyak bekas-bekas peninggalan Majapahit yang hingga kini masih bisa disaksikan di berbagai daerah, yang umumnya berupa candi.
Bukan hanya candi saja, bekas pemukiman dan peralatan pada masa itu juga banyak ditemukan di Trowulan, yang dulunya menjadi pusat Kerajaan Majapahit. Lebih menariknya lagi, di Trowulan ada juga Siti Inggil, makam Raden Wijaya.
Makam Raden Wijaya berada di Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Lokasinya dekat dengan Candi Brahu, Maha Vihara Majapahit dan area Kampung Majapahit. Tempat yang dikenal mistis dan keramat ini dipercaya sebagai petilasan Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana atau Brawijaya I.
Area Siti Inggil Makam Raden Wijaya cukup luas dengan sebuah pohon besar sebagai tanda, sekaligus memberi nuansa sejuk nan mistis. Di beberapa area ada tempat untuk beristirahat bagi para peziarah yang datang. Bahkan, peziarah dari golongan pejabat hingga Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno dulunya juga pernah datang ke tempat ini.
Ada apa dengan Makam Raden Wijaya?
Tentu banyak yang bertanya-tanya, apa alasan pemimpin politik menyempatkan datang ke tempat keramat ini. Menurut warga sekitar, kawasan makan ini memang biasa dijadikan tempat tetirah para politisi dengan maksud agar berkah Raden Wijaya yang dulunya mampu menyatukan Nusantara bisa diperoleh juga oleh mereka. Selain berziarah, area Makam Raden Wijaya Mojokerto ini juga tempat yang cocok untuk menyepi maupun bersemedi.
Siti Inggil
Siti Inggil |
Nah, beralih dari urusan pejabat, Makam Raden Wijaya ini dikenal juga dengan sebutan Siti Inggil. Dalam bahasa Jawa, Siti berarti tanah dan Inggil berarti tinggi. Siti Inggil memang bangunan cungkup makam yang terletak di atas tanah yang posisinya lebih tinggi, tempat dimana lokasi Makam Raden Wijaya berada.
Sebelumnya tempat ini dikenal dengan istilah Lemah Geneng. Masyarakat sekitar petilasan juha menyebut Siti Inggil dengan Tanah Tahta. Mungkin karena anggapan bahwa tempat ini bisa memberikan tahta pada setiap orangyang rutin datang berziarah.
Siti Inggil tertulis di pintu masuk bangunan utama dengan nama resmi Pertapaan Siti Inggil Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana Brawijaya I dari Kerajaan Majapahit. Bangunan Utama Siti Inggil berupa area makam Raden Wijaya.
Dulunya, fungsi awal pembangunan Siti Inggil adalah sebagai tempat bertapa atau bersemedi Raden Wijaya saat mencari petunjuk kepada yang Maha Kuasa untuk memberi keputusan dalam memerintah Kerajaan Majapahit. Tak heran hal ini juga diikuti oleh para pejabat yang berharap mendapat petunjuk ketika ziarah di tempat ini.
Makam Raden Wijaya
Makam Raden Wijaya |
Bagaimana ada makam Raden Wijaya sementara masa itu masih menganut kepercayaan Hindhu Budha, dimana jenasah harusnya diperabukan?
Pertanyaan itu memang sering muncul ketika akan kesana maupun saat berada disana, seperti saya. Makam Raden Wijaya berada pada bangunan di Siti Inggil. Area makam dibatasi oleh tembok dengan pintu masuk kecil yang digembok.
Memang hanya orang-orang yang punya kepentingan yang bisa diijinkan masuk kesana. Untuk masuk kedalam, tentunya harus ijin kepada juru kunci yang menjaga area Makam Raden Wijaya di Mojokerto ini.
Memang hanya orang-orang yang punya kepentingan yang bisa diijinkan masuk kesana. Untuk masuk kedalam, tentunya harus ijin kepada juru kunci yang menjaga area Makam Raden Wijaya di Mojokerto ini.
Menjawab pertanyaan tadi, ternyata di dalam memang ada makam berjumlah lima dengan panjang sekitar 2 meter lebih, dibatasi bendera merah putih yang melingkar di dinding tembok pembatas. Makam paling ujung adalah Makam Raden Wijaya, kemudian makam istri pertamanya Gayatri, kedua selir yaitu Dara Petak dan Dara Jingga, serta dayangnya.
Masuk ke area berkeramik tepat di bawah pohon tinggi ini memang terasa mistis karena bau dupa langsung menusuk hidung. Namun, di tempat ini cukup sejuk dan sunyi. Tak salah jika dulunya tempat ini berfungsi sebagai tempat menyepi maupun bersemedi.
Tempat ini merupakan petilasan Raden Wijaya yang dibentuk makam. Masyarakat sekitar menyakini bahwa di dalam komplek bangunan ini ada sebagian abu dari jenazah Raden Wijaya. Jadi, makam hanyalah sebutan, dan tidak ada jenazah Raden Wijaya yang dimakamkan disitu. Petilasan Raden Wijaya ini dipercaya sebagai tempat pertama kali Raden Wijaya mendirikan Majapahit. Diyakini juga bahwa tempat ini adalah tempat peristirahatan terakhirnya.
Masyarakat Majapahit yang menganut kepercayaan Hindu memang tidak mengubur jenazah, tetapi mengenal istilah muksp (menghilang) atau diperabukan. Abu inilah yang kemudian disimpan di candi atau dihanytkan ke laut. Maka, jangan heran kalau ada juga tempat perabuan Raden Wijaya di Candi Simping Blitar.
Sapu Jagad dan Sapu Angin
Makam Sapu Jagad - Sapu Angin |
Tepat di sebelah kiri Makam Raden Wijaya, dan masih tepat di bawah pohon besar di luar kompleks, ada dua makam yang cukup menyita perhatian. Makam yang berada di depan pendopo itu adalah makam Sapu Jagad dan Sapu Angin. Sama seperti makam yang lain, terdapat dupa dan bunga yang masih segar. Menandakan bahwa makam ini juga sering dikunjungi selain Makam Raden Wijaya.
Sapu Jagad dan Sapu Angin merupakan gelar dari Kerajaan Majapahit atas ilmu yang dimiliki dua orang ajudan Raden Wijaya tersebut. Dua sosok prajurit tersebut diyakini selalu setia mendampingi Raden Wijaya pada masa-masa sulitnya.
Sanggar Pemujaan
Sanggar Pemujaan |
Sanggar pemujaan ada di depan pendopo. Bangunan ini memiliki tinggi sekitar 3 x 3 meter dari permukaan tanah. Konon, sanggar pemujaan ini dipakai Raden Wijaya melakukan semedi atau bertapa dan ditempat itu pula pertama kalinya Raden Wijaya mendapatkan Wahyu Keprabon, dimana dia mendapat wangsit untuk mendirikan Kerajaan Majapahit.
Sumur Suci
Selain ada makam dan sanggar pemujaan, di area Siti Inggil juga terdapat sumber air yang dikenal dengan sumur suci. Sumur ini berupa cekungan dengan kedalaman kurang dari 1 meter, tetapi terus terisi air secara perlahan. Tak jarang beberapa peziarah langsung meminumnya karena diyakini memiliki khasiat menyembuhkan penyakit.
Kompleks Pertapaan Siti Inggil Raden Wijaya
Kompleks Area Siti Inggil |
Tempat yang dipercaya keramat ini sering dikunjungi peziarah setiap hari, khususnya setiap Jum'at Legi. Wangi dupa dan bunga tidak pernah hilang di dalam area kompleks pertapaan Siti Inggil ini. Pendopo yang ada di Siti Inggil juga difungsikan sebagai tempat istirahat bagi peziarah. Letak pendopo yang berada di bawah naungan pohon besar, tentu sangat nikmat jika sesekali duduk menikmati hawa sejuk. Barangkali inspirasi cemerlang muncul secara tiba-tiba.
Menurut warga sekitar, biasanya peziarah datang pada malam hari. Jika siang hari maka dipastikan hanya untuk berwisata. Untuk masuk ke Makam Raden Wijaya juga tidak sembarang orang, tetapi hanya yang memiliki kepentingan tertentu. Sebenarnya masuk untuk ziarah sekedarnya boleh saja, tapi harus tetap ijin juru kunci. Tidak hanya membawa kunci gembok, juru kunci juga akan mengarahkan peziarah jika ingin melakukan kegiatan spiritual.
Tempat ini tidak masuk dalam cagar budaya dan untuk pengelolaannya didapat dari sumbangan sukarela peziarah. Meski kepercayaan animisme dan dinamisme masih melekat, Petilasan Raden Wijaya ini mengajarkan bahwa pemimpin hebat'pun juga melibatkan petunjuk Tuhan dalam mencari solusi masalah kehidupan.
Tips Wisata ke Makam Raden Wijaya :
- Area pertapaan ini buka 24 jam setiap hari. Silahkan datang kapan saja.
- Tidak ada tiket masuk untuk ziarah ke tempat ini. Hanya ada tarif parkir dan sumbangan sukarela.
- Jika ingin masuk ke area makam harus ijin juru kunci terlebih dahulu. Biasanya harus membawa syarat berupa dupa ratus dan sumbangan seiklasnya. Namun jika tidak membawa syarat dan hanya membawa harga diri saja sebenarnya tidak masalah, yang penting tetap ijin juru kunci.
- Kenakan pakaian yang sopan saat berziarah.
- Jagalah sikap dengan tidak mengeluarkan kalimat kotor atau apapun di area Siti Inggil.
- Saat masuk ke kompleks makam, alas kaki wajib dilepas.
- Di dekat pertapaan Raden Wijaya juga ada pusat oleh-oleh Majapahit untuk oleh-oleh.