Gunung Tambora tidak hanya terkenal di kalangan pendaki gunung domestik saja, tetapi juga mancanegara. Bagaimana tidak?, lebih dari 200 tahun yang lalu, letusan gunung berapi di Indonesia ini sempat menggegerkan dunia.
Kawasan konservasi Gunung Tambora sejak tahun 1937 ini memiliki potensi keanekaragaman hayati yang luar biasa. Gunung Tambora juga menyuguhkan panorama mulai dari hutan, dataran rendah hingga hutan pegunungan. Namun, tahukah bahwa ada beberapa fakta menarik dari gunung cantik satu ini?
Gunung Tambora berada di Pulau Sumbawa, tepatnya di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Memperingati 200 tahun letusan dahsyatnya pada 11 April 2015, penetapannya sebagai Taman Nasional pun diresmikan.
Memiliki panorama alam yang luar biasa indahnya, Gunung Tambora menjadi tujuan para pendaki gunung. Apalagi, gunung ini seringkali menjadi pendakian lanjutan setelah pendakian Gunung Agung Bali dan Gunung Rinjani Lombok. Memang tidak rumit untuk mendaki Gunung Tambora karena sistem pendakiannya ini sudah dikelola dengan baik. Hanya saja, masih terkendala transportasi yang cukup sulit untuk ke basecamp.
Memiliki panorama alam yang luar biasa indahnya, Gunung Tambora menjadi tujuan para pendaki gunung. Apalagi, gunung ini seringkali menjadi pendakian lanjutan setelah pendakian Gunung Agung Bali dan Gunung Rinjani Lombok. Memang tidak rumit untuk mendaki Gunung Tambora karena sistem pendakiannya ini sudah dikelola dengan baik. Hanya saja, masih terkendala transportasi yang cukup sulit untuk ke basecamp.
Gunung berketinggian kurang dari 3.000 mdpl ini memang favorit bagi beberapa pendaki domestik maupun mancanegara. Tentu bukan hanya tentang mengejar ketinggian saja, tetapi sejarahnya yang mendunia telah menjadikan Gunung tambora begitu istimewa.
Fakta Gunung Tambora
Bukan rahasia lagi bahwa Gunung Tambora memiliki sejarah yang sangat menarik, juga panorama yang menakjubkan. Berikut beberapa fakta menarik Gunung Tambora :
1. Pernah menjadi gunung berapi tertinggi di Indonesia.
Awalnya, Gunung Tambora merupakan gunung berapi berbentuk kerucut dengan ketinggian 4.200 mdpl, menjadikannya gunung berapi tertinggi di Indonesia saat itu, setelah Gunung Kerinci dengan ketinggian 3.805 mdpl. Letusan besarnya pada tahun 1813 menghancurkan hampir separuh gunung, dan puncaknya terpangkas menjadi 2.851 mdpl.
Bentuk Gunung tambora tidak lagi kerucut, tetapi menyisakan kaldera bekas letusan masa lalu. Puncaknya dekat dengan bibir kawah dan berupa area berpasir lapang. Meski begitu, pada ketinggian 2.851 mdpl ini, panorama terbaik dari Gunung Tambora tetap bisa disaksikan dengan istimewa.
2. Letusan terkuat dalam sejarah manusia modern.
Letusan dahsyat pada tahun 1815 menyebabkan Gunung Tambora kehilangan hampir seluruh tinggi dan volumenya. Ketika meletus, Gunung Tambora diperkirakan melontarkan sebanyak 163 kilometer kubik material vulkanik dan menjadikannya sebagai letusan terhebat yang tercatat dalam sejarah peradaban manusia dengan skala 7 VEI (Volcanic Explosivity Index).
Ledakan yang begitu keras terdengar hingga Pulau Sumatra yang berjarak 1.930 km jauhnya. Gempa terasa sampai ke Surabaya. Madura tertutup abu selama 3 hari. Aliran material vulkanik mencapai 100 kilometer kubik. Kolom letusan mencapai tinggi 43 kilometer. Abu vulkanik mencapai Pulau Jawa dan Sulawesi Selatan, menyebabkan gagal panen.
Jumlah korban tewas akibat letusan Gunung Tambora mencapai kisaran 71.000 jiwa, ada ahli yang menyatakan 91.000. Sekitar 10.000 orang tewas secara langsung akibat letusan dan sisanya karena bencana kelaparan dan penyakit. Baca : Sejarah Letusan Tambora, "Pompeii dari Timur".
3. Letusan dahsyatnya mengubur 3 kerajaan.
Ketika Gunung Tambora Meletus, Raja Sanggar masih bisa melarikan diri, meski kerajaannya luluh lantak. Sedangkan Kerajaan Pekat dipimpin oleh Muhammad dan Kerajaan Tambora dipimpin oleh Abdul Gafur, hilang terkubur begitu saja. Wilayah Kerajaan Tambora dan Sanggar kemudian dikuasai Kerajaan Bima, sedangkan bekas Kerajaan Pekat dikuasai Kerajaan Dompu.
Ada berbagai referensi yang menuliskan kisah tentang kerajaan di area Gunung Tambora saat itu, seperti kisah dalam Kerajaan Bima dalam Sastra dan Sejarah (2004: 336-338), yang melampirkan kisah meletusnya Tambora berdasar apa yang ditulis ulang Roorda van Eysinga. Baca : 10 Letusan Gunung Api Terbesar dalam Sejarah
Menurut laporan dari raja Sanggar di Sumbawa, yang dekat dengan Tambora, seperti dikutip A.B. Lapisan dalam "Nusantara: Silang Bahari" yang dimuat di buku Panggung Sejarah: Persembahan Kepada Prof. Dr. Denys Lombard (2011: 81), sekitar pukul 19.00 malam pada 10 April 1815, tepat hari ini 203 tahun lalu, dari Sanggar terlihat tiga kolom api keluar dari puncak Tambora dan menyebar ke segala penjuru. (tirto.id)
4. Mempengaruhi iklim dunia, tahun tanpa musim panas.
Seorang ahli vulkanologi bernama Haraldur Sigurdsson - ahli vesuvius, pernah berkeliling Tambora sekitar dua bulan pada 2015 untuk menelitinya. Dia mengatakan letusan Gunung Tambora sangat cepat dan dahsyat. Savana Doro Ncanga yang dulunya semenanjung Sanggar - daerah hutan, tertimbun material padat sebesar 150 kilometer kubik. (kumparan)
Tiang abu letusan Gunung Tambora diperkirakan setinggi 25 kilometer. Letusan ini memuntahkan uap air (H2O) dan belerang dioksida (SO2) ke dalam atmosfer. Kombinasi kedua zat ini menciptakan tetesan asam sulfat (H2SO4). Selubung tetesan kecil ini disebut aerosol, menyebar ke seluruh dunia, memantulkan radiasi matahari sehingga menciptakan cuaca dingin yang tidak normal.
Dua hari setelah letusan, Sumbawa gelap gulita, ratusan manusia meregang nyawa setiap harinya. Masyarakat barat hingga menyangka bahwa bumi seakan-akan menunjukkan tanda akhir dunia. Benua Eropa dan Amerika mengalami tahun tanpa musim panas. hal ini menyebabkan Benua Eropa dan Amerika gagal panen menyebabkan kelaparan melanda. Efek letusan juga mengubah angin muson. Banjir musim kemarau melanda India, Pakistan dan Bangladesh. Penyakit kolera menyebar dari India hingga Rusia.
Dua hari setelah letusan, Sumbawa gelap gulita, ratusan manusia meregang nyawa setiap harinya. Masyarakat barat hingga menyangka bahwa bumi seakan-akan menunjukkan tanda akhir dunia. Benua Eropa dan Amerika mengalami tahun tanpa musim panas. hal ini menyebabkan Benua Eropa dan Amerika gagal panen menyebabkan kelaparan melanda. Efek letusan juga mengubah angin muson. Banjir musim kemarau melanda India, Pakistan dan Bangladesh. Penyakit kolera menyebar dari India hingga Rusia.
5. Penyebab kekalahan Napoleon Bonaparte?
Letusan Gunung Tambora bahwa juga mengubah peta sejarah. Pada 18 Juni 1815, cuaca buruk akibat letusan Tambora kono membuat Napoleon Bonaparte kalah perang di Waterloo. Hal itu menjadi hari terpedih dalam sejarah Sang Kaisar Prancis yang sedang dalam masa gemilangnya. (liputan6)
Dalam sebuah pertemuan tentang Applied Geosciences di Warwick, mendiskusikan tentang hujan pada Juni 1815. Hujan kala itu membuat jalan becek dan sulit dilewati kendaraan beroda. Meriam-meriam besi Napoleon yang berat akan sulit diangkut. Saat itu pasukan artileri menjadi andalan Napoleon Bonaparte. Adanya hujan yang luar biasa membuat bala bantuan yang diharapkan napoleon terlambat tiba dan berakibat fatal baginya. (tirto.id)
Jika benar letusan Tambora mengakibatkan hujan berminggu-minggu, maka letusan Tambora memang ikut mempengaruhi sejarah Eropa nan jauh disana.
6. Kaldera terluas di Indonesia.
Tinggi asli Gunung Tambora 4.200 mdpl, ketinggian setelah letusan menjadi 2.730 mdpl. Kaldera yang terbentuk memiliki diameter 8 kilometer dengan tinggi dasar kawah 1.300 mdpl. Kaldera ini menjadi saksi bisu sekaligus penanda sejarahnya.
Dengan kedalaman sekitar 1,4 kilometer, menjadikan Tambora sebagai gunung api dengan kaldera terdalam di muka bumi, sekaligus kaldera terluas di Indonesia. berbentuk cawan raksasa, dasar kaldera berupa hamparan pasir dan rerumputan.
Di sisi timur kaldera terdapat Danau Motilahalo yang berukuran 800 x 200 m2 dan kedalaman mencapai 15 meter. Danau ini tidak memiliki saluran pengeluaran. Sehingga airnya hanya bisa hilang dengan menguap atau meresap ke dalam tubuh gunung. (goodnewsfromindonesia)
7. Dijuluki 'Pompeii dari Timur'.
Pompeii dan Herculaneum adalah kota yang terkubur akibat letusan dahsyat Gunung Vesuvius tahun 79. Sebanyak 20.000 warga Pompeii tewas dalam letusan. Tahun 1748 Pompeii kembali terkuak setelah penemuan Herculaneum 10 tahun sebelumnya. Meski terkubur, reruntuhan bangunan di Pompeii tidak mudah hancur karena terbuat dari batu.
Nah, sisa-sisa Kerajaan Tambora dan Kerajaan Pekat berhasil ditelusuri peneliti dari Universitas Rhode Island Amerika Serikat, Professor Haraldur Sigurdsson. Berikut susuran para arkeolog yang menelusuri sisa-sisa kerajaan di area Gunung Tambora :
- Agustus 2004 : Sigurdsson dan Igan Supriatman S, ahli geologi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi bandung, melakukan penelitian di Desa Oi Bura. Ditemukan lokasi pemukiman yang diduga hilang diterjang awan panas, tepfatnya 25 km sebelah barat Gunung Tambora pada kedalaman 2-3 meter. Ditemukan juga sisa rumah tradisional Sumbawa yang terkubur lengkap dengan tulang belulang, tembikar, porselen China, potongan kain, kopi dan beras yang hangus menjadi arang.
- 2006 : Penelitian oleh Indiyo Pratomo, ahli vulkanologi dari Museum Geologi Banding.
- 2008 : Di Sori Sumba yang diduga lokasi Kerajaan Tambora, ditemukan kerangka manusia dengan keris terselip pada pinggang. Diduga merupakan tokoh penting dalam Kerajaan Tambora.
- Reruntuhan rumah yang kemudian direkonstruksi.
- 2007 - 2010 : I Made Geria dari Balai Arkeologi Denpasar menemukan sisa bangunan yang masih utuh, komponen atap rumah, rangka atap bambu dan tiang penyangga. Ditemukan juga papan kayu berukir yang diduga bagian dinding beranda rumah.
- Maret 2015 : Balai Arkeologi Denpasar menemukan benda-benda di lokasi sedalam 10-25 meter di bawah timbunan tanah bercampur abu vulkanik. Benda-benda tersebut seperti keramik asal China, keris, tombak dan kerangka manusia.
Sisa-sisa Kerajaan Tambora dan Kerajaan Pekat sulit ditemui, karena bahan bangunan kedua kerajaan itu memakai kayu. Dari beberapa artefak yang ditemukan, Sigurdsson menyebut pemukiman Tambora yang terkubur letusan tersebut sebagai "Pompeii dari Timur".
8. Memiliki 5 jalur pendakian, via Desa Pancasila paling populer.
Gunung Tambora memiliki empat jalur pendakian dan jalur yang sering dilalui adalah jalur pendakian via Desa Pancasila. Selain medan yang tidak terlalu sulit, jalur pendakian ini lebih pendek daripada jalur pendakian Doropeti, yang biasanya digunakan untuk lintas jalur Desa Pancasila - Doropeti. Baca : Pendakian Gunung Tambora 2.851 mdpl via Desa Pancasila.
Jalur pendakian kedua adalah via Desa Piong, Kecamatan Sanggar. Dulunya jalur ini adalah jalan setapak bagi masyarakat setempat untuk mencari madu, menggembala ternak dan lainnya. Kemudian, jalur ini dilebarkan untuk umum dan dibuka oleh masyarakat setempat, mulai jalan utama hingga puncak Gunung Tambora. Tidak hanya bisa untuk jalan kaki, jalur ini juga bisa dilewati kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.
Jalur pendakian via Doro Ncanga bisa menjadi pilihan jika malas jalan kaki, karena pengunjung bisa menempuhnya dengan alat transportasi untuk menikmati keindahan kaldera raksasa tersebut. Di jalur ini, cukup menempuh perjalanan sekitar 3 jam untuk sampai pos 3, kemudian dilanjutkan berjalan kaki sekitar 1 jam untuk sampai di kaldera. Tetapi, hanya kendaraan tertentu seperti motor trail yang bisa digunakan.
Jalur pendakian selanjutnya adalah via Oi Marai, Desa Kawinda Toi. Ada spot bagus jalur ini, salah satunya air terjun tujuh tingkat. Jalur yang dirintis oleh Kelompok Pecinta Alam Agura ini diresmikan pada Desember 2017. Dibanding jalur yang lain, jalur ke puncak lebih dekat melewati Kawinda Toi.
9. Menyuguhkan view sunrise dan sunset menawan.
Ketika sunset, ditambah cuaca sedang baik, inilah pemandangan luar biasa Gunung Tambora, dimana akan tampak puncak Gunung Rinjani dan Gunung Agung di sebelah barat, Pulau Moyo dan Pulau Satonda dengan latar belakang sinar jingga matahari. Perpaduan sinar jingga kemerahan, sekaligus pucuk-pucuk hutan cemara yang tenggelam dalam sapuan kabut sungguh menjadi pemandangan yang begitu luar biasa indahnya, hidden paradise at the sunset.
10. Kelahiran Doro Afi Toi.
Di dasar kaldera Gunung Tambora, ada doro afi toi yang disebut-sebut sebagai anak Gunung Tambora, menandakan Gunung Tambora belum mati. Doro Afi Toi yang ada di bagian magma Tambora berasal dari hasil kegiatan vulkanik mulai tahun 1847 - 1913. Doro Afi Toi sendiri berketinggian sekitar 15 meter dari dasar kaldera. Pada tahun 1967, Tambora meletus kecil di bawah skala 1 VEI. Awal Agustus 2011, asap putih tebal membumbung hingga 20 kilometer dari Doro Afi Toi.
Menurut ahli geologi, saat ini Tambora bukan merupakan ancaman, karena posisi dapur magmanya relatif dangkal dengan sistem terbuka, sehingga tidak terjadi akumulasi energi yang besar. Meski tidak ada aktivitas seismik yang berarti sejak tahun 1815, Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi masih terus memantau Gunung Tambora. (mediaindonesia)
Itu adalah 10 fakta Gunung Tambora yang juga menjadi sejarah bagi banyak orang di beberapa negara, tidak hanya Indonesia saja. Hingga saat ini, para sejarawan setuju bahwa Tambora menyebabkan kematian paling cepat. Bahkan letusan Krakatau pada 1883 yang lebih terkenal, disebut masih lebih lemah daripada Tambora. Korban tewas letusan Gunung Vesuvius di Pompeii yang menjadi salah satu erupsi paling terkenal, juga terbilang masih sebagian kecil dari korban Tambora.
Hingga kini, Tambora menjadi gunung berapi dengan dampak langsung yang paling dahsyat. Gunung Tambora kini menjadi tujuan bagi para petualang untuk menyaksikan saksi bisu mantan gunung berapi tertinggi di Indonesia ini. Jadi, tertarik untuk mendaki kesana?
Ref : mediaindonesia, nasional.tempo, travel.kompas, tirto.id, liputan6, BBCnews, goodnewsfromindonesia, bimakini.