Berbicara tentang Mojokerto, tentu tak lepas dari sejarah, karena salah satu kabupaten di Jawa Timur ini menyimpan banyak warisan sejarah kejayaan nusantara di masa lampau.
Kerajaan terbesar di nusantara - Majapahit, dulunya berpusat di Mojokerto. Sehingga tak heran jika ada ratusan situs sejarah yang masih tersimpan di Mojokerto. Tak hanya candi, salah satu situs yang terkenal adalah Petirtaan Jolotundo yang disebut-sebut memiliki kualitas air terbaik ke-3 di dunia.
Petirtaan Jolotundo terletak di lereng barat Gunung Penanggungan, tepatnya di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Mojokerto, Jawa Timur. Petirtaan Jolotundo ini, selain menjadi tujuan banyak orang untuk wisata atau spiritual, juga menjadi pintu awal pendakian Gunung Penanggungan dan Gunung Bekel, yang terkenal dengan ratusan situsnya.
Situs kuno yang terbilang unik dengan air yang tak pernah kering ini berada di ketinggian ±525 mdpl, posisinya menempel di tebing bukit menghadap ke barat. Petirtaan Jolotundo terdiri dari beberapa tingkat. Bangunan utamanya berbentuk kolam yang dibuat dari batu andesit dengan ukuran sekitar 16 x 13 meter dan kedalaman 5.20 meter. Di bagian tengahnya terdapat teras dengan relief yang menceritakan kisah Mahabharata.(1)
Dulunya, struktur petirtaan ada empat tingkatan dan kini hanya tersisa dua. Pada bagian atas dulu ada bebatuan berbentuk silinder dengan sembilan lubang yang memancurkan air. Dulu di relung tengah, terdapat arca Raja Airlangga berwujud Wisnu mengendarai Garuda, di kedua sisinya terdapat bilik. Bilik kiri memancar air dari mulut arca naga diperuntukkan bagi perempuan, sedangkan bilik kanan berupa arca garuda untuk kaum lelaki.
Petirtaan Jolotundo berbentuk empat persegi panjang dengan teras di tengah dengan puncak pancuran. Hal ini memiliki arti simbolis sebagai gambaran Mahameru. Petirtaan ini juga dianggap melambangkan pengadukan lautan dalam cerita Amertamanthana yang menceritakan tentang proses mendapatkan air suci dengan menggunakan Gunung Mahameru yang dililit ular Batara Wasuki.
Data sejarah tentang Petirtaan Jolotundo adalah angka 899 saka yang dipahat di sebelah kanan dan tulisan gempeng di sebelah kiri dinding belakang. Petirtaan ini merupakan salah satu situs penting karena dari situs ini diketahui adanya hubungan antara Jawa dan Bali.
Pada relief di salah satu tingkat, mengisahkan tentang Udayana yang bimbang usai didongkel dari kekuasaannya di Bali. Udayana lari ke Jawa, ditampung oleh Raja Medang atau Mataram periode Jawa Timur dari Wangsa Isyana, bernama Sri Makuta Wangsa Wardhana. Kemudian Udayana dinikahkan dengan putrinya bernama Gunapriya Dhamapatmi.
Menurut sejarahnya, petirtaan ini merupakan kolam cinta dibangun oleh Raja Udayana yang menikahi dengan putri Gunapriya Dharma dari Jawa, untuk menyambut kelahiran putranya, Airlangga, Sang Raja Kahuripan di Jawa. Airlangga lahir pada 991 M. Kemudian pada tahun 997 M (899 saka), Raja Udayana membangun kolam ini.
Ref :
sejarahlengkap, newswantara, situsbudaya.id, kompasiana, goodnewsfromindonesia.
(1) Hadi Sidomulyom, Mengenal Situs Purbakala di Gunung Penanggungan, 27.
(2) Asa Jatmiko, Candi Sebagai Warisan Seni dan Budaya Indonesia, (Yogyakarta : Yayasan Cempaka Kencana, 2001), 189.
Kerajaan terbesar di nusantara - Majapahit, dulunya berpusat di Mojokerto. Sehingga tak heran jika ada ratusan situs sejarah yang masih tersimpan di Mojokerto. Tak hanya candi, salah satu situs yang terkenal adalah Petirtaan Jolotundo yang disebut-sebut memiliki kualitas air terbaik ke-3 di dunia.
Cara ke Petirtaan Jolotundo
Ada beberapa alternatif cara ke Jolotundo, yaitu :- Dari Surabaya : Menuju titik awal di Terminal Bungurasih untuk naik bus tujuan Terminal Pandaan atau jurusan Malang. Dari Terminal Pandaan bisa naik L300 jurusan Terminal Pandaan - Trawas dan turun di Pasar Kesiman. Dilanjutkan dengan ojek motor ke Petirtaan Jolotundo.
- Dari Malang : Dari Terminal Arjosari naik bus ke Terminal Pandaan, kemudian sama seperti cara diatas.
- Dari Mojokerto : Ambil rute Mojokerto - Mojosari - Kemloko (Trawas) - Tamiajeng (Trawas) - Seloliman. Mojosari - Trawas.
- Jika menggunakan kendaraan pribadi bisa langsung menuju ke tempat wisata petirtaan Jolotundo atau jika dari pos pendakian Tamiajeng bisa memakai jasa ojek ke pendakian via Jolotundo.
Info dan Tips :
- Tarif bus dari Bungurasih ke Pandaan mulai Rp.30.000+.
- Mobil L300 bisa ditemui di Terminal Pandaan mulai jam 06.00 - 16.00 dengan tarif Rp.10.000 - Rp. 15.000/orang.
- Angkutan umum Mojosari - Trawas terbatas pada jam tertentu saja. Sore hari sampai jam 16.00 WIB.
- Rute Surabaya - Ngoro - Seloliman tidak ada angkutan umum.
Arti Nama Jolotundo
Menurut beberapa sumber, nama Jolotundo berasal dari istilah kuno. Jala atau Jolo berarti air, sedangkan Tundo atau Tunda berarti bertingkat. Jika digabungkan, Jolotundo memiliki arti kolam dengan air pancuran yang bertingkat.Karakteristik Petirtaan Jolotundo
Situs kuno yang terbilang unik dengan air yang tak pernah kering ini berada di ketinggian ±525 mdpl, posisinya menempel di tebing bukit menghadap ke barat. Petirtaan Jolotundo terdiri dari beberapa tingkat. Bangunan utamanya berbentuk kolam yang dibuat dari batu andesit dengan ukuran sekitar 16 x 13 meter dan kedalaman 5.20 meter. Di bagian tengahnya terdapat teras dengan relief yang menceritakan kisah Mahabharata.(1)
Dulunya, struktur petirtaan ada empat tingkatan dan kini hanya tersisa dua. Pada bagian atas dulu ada bebatuan berbentuk silinder dengan sembilan lubang yang memancurkan air. Dulu di relung tengah, terdapat arca Raja Airlangga berwujud Wisnu mengendarai Garuda, di kedua sisinya terdapat bilik. Bilik kiri memancar air dari mulut arca naga diperuntukkan bagi perempuan, sedangkan bilik kanan berupa arca garuda untuk kaum lelaki.
Petirtaan Jolotundo berbentuk empat persegi panjang dengan teras di tengah dengan puncak pancuran. Hal ini memiliki arti simbolis sebagai gambaran Mahameru. Petirtaan ini juga dianggap melambangkan pengadukan lautan dalam cerita Amertamanthana yang menceritakan tentang proses mendapatkan air suci dengan menggunakan Gunung Mahameru yang dililit ular Batara Wasuki.
Sejarah Petirtaan Jolotundo
Data sejarah tentang Petirtaan Jolotundo adalah angka 899 saka yang dipahat di sebelah kanan dan tulisan gempeng di sebelah kiri dinding belakang. Petirtaan ini merupakan salah satu situs penting karena dari situs ini diketahui adanya hubungan antara Jawa dan Bali.
Pada relief di salah satu tingkat, mengisahkan tentang Udayana yang bimbang usai didongkel dari kekuasaannya di Bali. Udayana lari ke Jawa, ditampung oleh Raja Medang atau Mataram periode Jawa Timur dari Wangsa Isyana, bernama Sri Makuta Wangsa Wardhana. Kemudian Udayana dinikahkan dengan putrinya bernama Gunapriya Dhamapatmi.
Menurut sejarahnya, petirtaan ini merupakan kolam cinta dibangun oleh Raja Udayana yang menikahi dengan putri Gunapriya Dharma dari Jawa, untuk menyambut kelahiran putranya, Airlangga, Sang Raja Kahuripan di Jawa. Airlangga lahir pada 991 M. Kemudian pada tahun 997 M (899 saka), Raja Udayana membangun kolam ini.
Kualitas Air Terbaik no 3 di Dunia?
Air di petirtaan Jolotundo memang banyak menjadi pembicaraan banyak orang. Bahkan, banyak pengunjung yang memang datang untuk mengambil air tersebut. Tak heran jika semua warung di sekitarnya menyediakan jerigen untuk kebutuhan para wisatawan yang datang.
Mata air Jolotundo berasal dari belakang atas dinding candi Jolotundo yang ada di bagian timur. Air tersebut dialirkan ke bilik kolam dan teras, kemudian dialirkan ke kolam-kolam induk melalui pancuran-pancuran kecil. Pancuran tersebut sesuai dengan bentuk Gunung Penanggungan.(2)
Petirtaan Jolotundo diyakini memiliki kualitas air terbaik peringkat 3 di dunia. Hal ini bukan tanpa dasar, karena ada sudah ada penelitian kualitas air Jolotundo. Berikut beberapa penelitian tentang kualitas air Jolotundo :
- Penelitian tahun 1985 menyebutkan bahwa Petirtaan Jolotundo menduduki ranking 5 di dunia (BP3 Trowulan).
- Penelitian kedua tahun 1991 dilakukan arkeolog Belanda menyebutkan kualitas air menduduki peringkat 3 di dunia.
- Penelitian tahun 1994 dilakukan oleh dokter-dokter pusat di Jakarta, menyebutkan bahwa mata air Jolotundo merupakan mata air terbaik nomer 2 di dunia setelah air zam-zam.
Ternyata, kandungan mineral air Petirtaan Jolotundo sangat tinggi. Berada di kaki pegunungan vulkanik, para ahli hidrogeologi menemukan fakta bahwa air tersebut memenuhi tiga syarat sumber air tanah yang baik, yaitu kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Kondisi di mata air sendiri juga bebas dari aktivitas manusia, sehingga kadar kemurniannya sangat terjaga baik. Apalagi Petirtaan Jolotundo dikelilingi batuan candi yang berfungsi juga sebagai akuifer buatan.
Itulah sebabnya air Petirtaan Jolotundo memiliki peranan yang penting bagi masyarakat sekitar, terutama saat musim kemarau, karena airnya tidak pernah kering.
Mata Air Pembawa Berkah
Banyak kalangan masyarakat yang percaya bahwa air dari Petirtaan Jolotundo, selain bermanfaat untuk kesehatan, juga membawa berkah. Tidak heran jika banyak pengunjung yang datang karena ingin memperoleh berkah, karena dulunya air tersebut pernah digunakan para raja dan permaisuri untuk mensucikan diri.
Sebelum memanfaatkan mata air, banyak dari mereka yang melakukan kegiatan spiritual lebih dahulu. Biasanya kegiatan dilakukan dengan melakukan penghormatan terhadap leluhur, berdoa supaya diberi berkah dan yakin bahwa yang diminta akan terkabul. Setelah itu, baru mandi atau berendam sebelum mengambil mata air.
Banyak orang, khususnya masyarakat sekitar yang menganggap mata air Jolotundo berkhasiat. Air ini dipercaya bisa menyembuhkan penyakit, membuat awet muda, membuang sial, melancarkan rezeki dan lain-lain tergantung keyakinan mereka. Bahkan beberapa di sekitar lokasi mengatakan bahwa setelah mandi dan berendam, keinginan mereka memang terkabul. Waow!
Pada hari tertentu, seperti malam bulan purnama, malam jum'at legi, malam 1 muharram dan malam satu suro, area Petirtaan Jolotundo ramai dipenuhi peziarah yang datang untuk menggelar ritual untuk tujuan tertentu. Kegiatan yang dilakukan orang yang satu dan yang lain pastinya berbeda-beda, tergantung keinginan dan keyakinannya masing-masing.
Tidak hanya untuk mandi dan berendam, area Petirtaan Jolotundo juga biasanya digunakan untuk meditasi dan sembahyang. bahkan masyarakat sekitar juga masih melakukan ruwat sumber setahun sekali pada bulan suro, bentuk tradisi budaya sebagai tanda syukur.
Petirtaan Jolotundo Mendapat predikat sebagai air suci, yang diperkuat bukti-bukti, dimana airnya bisa dimanfaatkan untuk obat. Hal itulah sampai saat ini masyarakat masih mempertahankan kesuciannya, khususnya bagi yang mempercayainya.
Tips Wisata di Petirtaan Jolotundo :
- Patuhi aturan yang ada di tempat wisata cagar budaya.
- Jangan mengambil, merusak dan melakukan vandalisme pada benda purbakala di area situs.
- Jika ingin mandi dan berendam, bilik kiri diperuntukkan bagi perempuan dan bilik kanan untuk laki-laki.
- Jagalah kebersihan di area Petirtaan Jolotundo.
Informasi Wisata Petirtaan Jolotundo :
- Lokasi : Candi Jolotundo, Seloliman, Kec. Trawas, Mojokerto, Jawa Timur 61375 (Map : Klik Disini)
- Buka / Tutup : 24 jam
- HTM : Rp.10.000/orang
- Wisata Sekitar : Gunung Bekel, Gunung Penanggungan.
Ref :
sejarahlengkap, newswantara, situsbudaya.id, kompasiana, goodnewsfromindonesia.
(1) Hadi Sidomulyom, Mengenal Situs Purbakala di Gunung Penanggungan, 27.
(2) Asa Jatmiko, Candi Sebagai Warisan Seni dan Budaya Indonesia, (Yogyakarta : Yayasan Cempaka Kencana, 2001), 189.