Trowulan menyisakan banyak kisah tentang Kerajaan Majapahit. Banyak situs sejarah yang bisa dikunjungi, seperti candi - candi yang telah dibuka menjadi tempat wisata, hingga beberapa area yang masih dalam tahap eskavasi. Disamping beberapa candi yang sudah populer seperti Candi Tikus dan Bajang Ratu, ada situs unik bernama Candi Kedaton Sumur Upas, yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Situs Sumur Upas - Kedaton merupakan bagian dari situs kota masa Majapahit yang mencangkup wilayah Kecamatan Trowulan dan Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Situs Sumur Upas - Kedaton terletak di Dukuh Kedaton, Desa Sentonorejo. Dalam penelitian arkeologi Desa Trowulan Kuno, Situs Sumur Upas - Kedaton termasuk dalam Sektor Sentonorejo - sektor yang terbilang istimewa karena kepadatan, keragaman dan kualitas temuannya.
Bila Trowulan Kuno diduga kuat sebagai ibukota Kerajaan Majapahit di abad ke-13 sampai 15 Masehi, Situs Sumur Upas - Kedaton kemungkinan merupakan sisa-sisa dari sebuah pemukiman kalangan elit atau bangsawan Majapahit. Bahkan, bisa jadi, bagian kompleks keraton kerajaan besar itu.
Keberadaan Situs Sumur Upas - Kedaton akhirnya menjadi penting artinya bagi upaya penelitian tentang Keraton Majapahit. Tentu saja harus terjaga kelestariannya, sebagai bukti nyata dari keseluruhan kisah kesejarahan Majapahit.
Candi Kedaton Sumur Upas berada di sebuah area eskavasi yang cukup luas, tersembunyi di antara rumah-rumah warga yang didesain seperti rumah zaman Majapahit. Situs bersejarah di Trowulan ini memang terdengar mistis, karena tempat keramat ini masih digunakan oleh para pelaku spiritual pada hari-hari tertentu. Tetapi jika ingin tahu tentang Sumur Upas - Kedaton, ya masuk saja.
Area situs berada di dalam bangunan besar. Untuk melihat keseluruhan situs, ada jalan khusus yang didesain layaknya jembatan, membelah tengah area. Sehingga dari lokasi tersebut bisa terlihat seluruh area situs. Tak hanya itu, pada sisi - sisi jalan juga dilengkapi dengan foto sekaligs informasi lengkap seputar Candi Kedaton Sumur Upas.
Candi Kedaton Sumur Upas
Berikut beberapa informasi lengkap dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur seputar Candi Kedaton Sumur Upas :
Tinggalan Arkeologis
Situs Sumur Upas - Kedaton adalah area tempat ditemukannya sisa-sisa struktur bata bangunan kuno dengan berbagia jenis artefak arkeologi lainnya. Nama sumur upas ditujukan untuk sebuah struktur di tengah area situs, dengan lubang seperti sumuran di bagian atasnya. Sumuran tersebut saat ini ditutup oleh batu andesit berpermukaan datar (watu gilang).
Konon, sumur itu mengandung uap racun, sehingga bangunan tersebut dinamakan Sumur Upas (Upas dalam bahasa Jawa berarti racun). Sementara Candi Kedaton adalah nama untuk struktur batur di sebelah timur laut Sumur Upas. Nama Candi Kedaton diberikan oleh masyarakat setempat karena struktur itu ditemukan berada di Dukuh Kedaton.
Selain struktur Sumur Upas dan Candi Kedaton, di situs ini juga terdapat struktur kolam persegi yang disebut Kolahan, beberapa struktur pondasi berbentuk persegi di sebelah barat area situs, sisa struktur berdenah mirip Candi Kedaton namun lebih kecil (Candi Kedaton II), serta lorong sempit di kedalaman tanah, yang menghubungkan struktur bernama Sanggar Pamelengan di utara dengan struktur kolam berdinding bata melengkung di bagian selatannya.
Adapun artefak-artefak yang pernah ditemukan di situs ini antara lain umpak batu, fragmen gerabah, terakota, keramik asing, mata uang Cina dan Belanda, perhiasan emas atau logam, serta beberapa arca dan sebuah nisan.
Teknik Penyusunan Bata - Dengan cara gosok dan spesi tanah
Sisa-sisa struktur bangunan di Sumur Upas - Kedaton memperlihatkan dua teknik penyusunan bata yang berbeda, dengan cara gosok tanpa spesi dan yang menggunakan spesi tanah. Teknik gosok tanpa spesi dijumpai pada struktur bangunan air yang berupa kolam-kolam parit berlapis lepa. Teknik yang sama juga terlihat pada susunan bata Candi Kedaton.
Sementara susunan bata dengan spesi tanah, dijumpai pada sebagian besar struktur yang kini terlihat di permukaan. Perbedaan teknik penyusunan bata itu menjadi dasar dugaan bahwa bangunan-bangunan di Situs Sumur Upas - Kedaton ternyata tidak berasal dari satu periode yang sama.
Pondasi Persegi, Bagian bangunan bertiang kayu
Di bagian barat area Situs Sumur Upas - Kedaton, dapat terlihat adanya beberapa struktur yang berbentuk dan berdenah persegi. Tinggi rata-ratanya sekitar 50-60 cm. Terdiri dari 7 sampai 12 lapis susunan bata dengan spesi tanah. Struktur itu diduga merupakan bagian pondasi dari bangunan-bangunan semi permanen bertiang kayu, terbuka atau tertutup.
Dugaan ini terkait dengan banyaknya temuan umpak batu di Situs Sumur Upas - Kedaton. Besaran tiang yang disanggah umpak-umpak batu tersebut tampaknya sebanding dengan besarnya bangunan yang dapat dibayangkan dari ukuran pondasi-pondasi persegi tadi. Dari banyaknya struktur pondasi yang ada, dapat dibayangkan pula betapa saat itu Situs Sumur Upas - Kedaton sudah menjadi hunian yang cukup padat.
Bangunan dan Pola Hunian, seperti pada relief, mirip di Bali.
Bukti-bukti arkeologi di Situs Sumur Upas - Kedaton jelas menunjukkan keberadaan bangunan-bangunan profan dalam suatu pemukiman. Kemungkinan besar, bentuk rumah dan gambaran hunian saat itu seperti yang terlihat pada relief dan temuan miniatur rumah berbahan terakota - rumah bertiang kayu yang berdiri di atas pondasi susunan bata, beratap limas atau tajuk, dengan material genteng atau ijuk.
Sebagaimana gambaran kompleks hunian pada relief Candi Menak Jinggo, posisi keberadaan beberapa struktur pondasi di bagian barat Situs Sumur Upas - Kedaton juga mengingatkan pada tata ruang rumah tradisional di Bali saat ini. Kompleks rumah tinggal masa Majapahit kemungkinan terdiri dari beberapa bangunan dalam pola ruang tertentu dan fungsinya masing-masing.
Tembikar dan Terakota, Indikator pemukiman kelas atas.
Barang-barang dari tanah liat bakar, pecahan atau utuh, adalah artefak yang paling banyak ditemukan di Situs Sumur Upas - Kedaton. Bentuknya ada yang berupa wadah (tembikar), ada pula yang berupa benda-benda hiasan atau ornamen bangunan (terakota). Di Trowulan, barang-barang tembikar atau terakota memang umum ditemukan dalam setiap penggalian arkeologi.
Tradisi pembuatan tembikar dan terakota seperti mencapai puncak perkembangannya di masa Majapahit ini. Temuan tembikar dan terakota, terutama yang berupa barang keperluan sehari-hari, menjadi indikator keberadaan sebuah pemukiman. Dan, bila temuan artefak tembikar atau terakota dari Situs Sumur Upas - Kedaton secara kualitas ternyata cukup bagus, maka situs ini diduga merupakan pemukiman masyarakat kelas atas atau bangsawan.
Jalur Kanal Tambahan, dimana suplai air diperoleh.
Salah satu keistimewaan dari kelompok Situs Sentonorejo, termasuk di dalamnya Situs Sumur Upas - Kedaton, adalah adanya jalur kanal tambahan yang masuk ke tengah area sektor. Dalam penelitian arkeologi Trowulan, namanya Jalur OY-5. Keberadaan jalur kanal tambahan ini kiranya dapat menjawab pertanyaan, dari manakah suplai air diperoleh untuk bangunan-bangunan di Situs Sumur Upas - Kedaton.
Namun mungkin saja masih ada jalur tambahan yang lebih kecil lagi ke arah utara, yang tak terekam dalam peta. Atau mungkin, kompleks bangunan Situs Sumur Upas - Kedaton sesungguhnya meliputi area yang lebih luas lagi ke arah selatan.
Sanggar Pamelengan, lebih menyerupai gua pertapaan.
Sanggar Pamelengan menjadi salah satu bangunan yang cukup menari di Situs Sumur Upas - Kedaton. Sanggar Pamelengan merupakan bangunan air berdenah persegi, beratap susunan bata, lantai dan dinding-dindingnya berlapis lepa. Ruang yang terbentuk terbilang cukup sempit dan hanya bisa dimasuki oleh satu orang dewasa. Dengan atap yang dimilikinya, Sanggar Pamelengan menjadi sebuah bangunan yang tertutup, lebih menyerupai sebuah gua.
Namun bisa jadi, memang dimaksudkan sebagai gua pertapaan bila dikaitkan dengan keberadaan tamansari dengan salah satu fungsinya sebagai tempat bersemedi. Bertapa dengan merendam tubuh dalam air (tapa kungkum) telah lama dikenal dalam masyarakat budaya Jawa, terutama untuk mengasah atau meningkatkan ilmu-ilmu kebatinan.
Lapisan Lepa, memang sudah dikenal sejak lama.
Pemakaian Lepa pada Sanggar Pamelengan semula sempat diragukan berasal dari masa Majapahit. Ada pendapat, lapisan kedap air dari material pasir dan kapur itu dulu ditambahkan oleh orang-orang Belanda. Namun, pendapat tersebut terbantahkan dalam penggalian arkeologi tahun 1995 - 2002.
Pada kedalaman yang belum terusik - sekitar 150 cm dari permukaan kotak gali, lapisan lepa berwarna putih yang merata dan masih utuh juga ditemukan pada bangunan kolam parit, dengan ketinggian lantau yang sama dengan Sanggar Pamelengan. Lagipula, lapisan lepa memang telah dikenal pada masa Majapahit. Mungkin lapisan lepa seperti ini yang dimaksud oleh Mpu Prapanca sebagai bajralinepa maputih dalam Kitab Negarakertagama.
Bata MSI, dari tungku terakota bermutu tinggi.
Selain bata dan karang, struktur dinding bangunan air di Situs Sumur Upas - Kedaton juga tersusuk dari material bata MSI - bata sekeras besi hasil pembakaran yang sangat tinggi.
Penggunaan material bata MSI ini mematahkan anggapan bahwa bangunan air tersebut dibangun oleh orang Belanda. Bata msi berasal dari tungku-tungku pembakaran terakota.
Di masa lalu, Majapahit memang dikenal sebagai daerah penghasil barang-barang terakota bermutu tinggi. Temuan terakota sangat berlimpah di Trowulan. Barang-barang terakota mungkin merupakan salah satu jenis komoditi perdagangan saat itu.
Bata msi tidak dihasilkan pada masa pemerintahan Hindia - Belanda. Saat itu Trowulan berlum menjadi daerah industri bata. Pembuatan batu bata baru marak di Trowulan sejak tahun 1970-an.
Material Karang, untuk menghadirkan unsur laut.
Di Situs Sumur Upas - Kedaton terlihat adanya karang-karang yang menempel pada dinding struktur air. Tepatnya pada dinding tambahan - di atas kolam parit, yang susunan batanya menggunakan spesi tanah. Penggunaan karang yang cukup banyak itu, mungkin dimaksudkan sebagai hiasan bangunan. Namun bisa jadi pula, hal ini terkait dengan dugaan bahwa struktur air di Situs Sumur Upas adalah sebuah tamansari.
Karang merupakan biota laut dan penggunaannya mungkin memiliki maksa simbolik untuk menghadirkan samudera yang mengelilingi pusat jagat raya sebagaimana konsep kosmologi Hindu - Buddha. Ini berarti, keberadaan tamansari itu sezaman dengan bangunan-bangunan lain yang strukturnya terbuat dari susunan bara berspesi tanah. Lalu bagaimana dengan kolam parit di bawahnya, yang usianya lebih tua dari taman sari itu?, apa fungsinya?, sekedar saluran air?. Belum dapat diketahui.
Dinding Tambahan, menumpuk di atas struktur lama.
Bangunan-bangunan di Situs Sumur Upas - Kedaton berasal dari beberapa periode yang berbeda. Bangunan dari suatu periode didirikan menumpuk di atas bangunan di periode sebelumnya. Buktinya terlihat pada dinding loring saluran air. Tampak sekali, struktur bata dinding bagian bawah memang berbeda susunannya dengan dinding bagian atas.
Pada struktur bagian bawah, susunan batanya tidak menggunakan spesi tanah. Dinding bagian atas itu, jelas merupakan struktur yang ditambahkan pada masa yang lebih kemudian. Lapisan lepa juga ditambahkan untuk memperkuat sambungan antar dinding. Lepa batu itu bercampur pecahan kerakal dan cara melapisnya tidak rata. Mungkin untuk memberi kesan agar terlihat sama seperti karang-karang yang ada.
Struktur Sumur Upas, dulu di gundukan tanah.
Terlihat dari foto-foto lama, Sumur Upas merupakan struktur yang berada pada gundukan tanah. Diperkuat oleh tanggul dari susunan bata. Bentuk struktur Sumur Upas didominasi oleh tembok bata yang membagi ruangannya menjadi bersekat-sekat. Kesan berteras diperoleh dari posisi keberadaan tembok-tembok tersebut dengan ketinggian yang berbeda pada gundukan. Yang terlihat sekarang adalah bagian puncak struktur.
Berupa struktur persegi berpermukaan rata dari susunan bata, dengan lubang sumuran di tengahnya. Belum diketahui, apakah struktur itu merupakan bagian utama bangunan?, apa fungsinya?. Anggapan yang beredar di tengah masyarakat hanya mengatakan, situs Sumur Upas adalah tempat penggemblengan para ksatria Majapahit, tempat hukuman mati para pembangkan kerajaan, atau lorong rahasia, penghubunga keraton dengan tempat-tempat lainnya.
Kolahan Sumur Persegi dan Jobong - Air Bersumber, Air Disimpan.
Struktur yang disebut Kolahan dapat dipastikan sebagai tempat penampungan air. Lantai dan dindingnya dilapisi lepa yang menjadikannya kedap air. Tidak dijumpai pula struktur anak-anak tangga untuk memasukinya. Sementara sumur persegi di depan Candi Kedaton, jelas merupakan sumber air.
Diperkirakan berasal dari periode yang sama dengan Candi Kedaton - berbeda masa dengan keberaaan Kolahan dilihat dari perbedaan ukuran bata dan teknik penyusunannya. Tempat penampungan air lainnya adalah jobong. Terbuat dari tanah liat bakar (terakota), dan ditanam ke dalma tanah. Artefak seperti ini banyak ditemukan di Trowulan. Disebut sebagai sumur jobong.
Adanya tempat penampungan air dapat dipahami mengingat Situs Sumur Upas - Kedaton merupakan situs keagamaan dan hunian. Air digunakan untuk mensucikan diri dalam peribadatan, selain juga sebagia kebutuhan sehari-hari.
Lantai Kuno, dari kedalaman dan bahan yang berbeda.
Dari beberapa penggalian arkeologi yang eprnah dilakukan di Situs Sumur Upas - Kedaton, sedikitnya telah ditemukan empat jenis lantai. Lantai pertama, ditemukan pada kedalaman sekitar tiga meter. Terbuat dari pecahan bata yang dipadatkan. Lantai ini diperkirakan merupakan bagian dari struktur bangunan yang tertua, namun belum diketahui bangunan apa yang terkait dengan lantai tersebut. Lantai kedua, adalah lantai berlapis lepa, yang sebenarnya merupakan bagian dasar dari kolam parit.
Lantai seperti ini ditemukan pada kedalaman sekitar 150 cm. Lantai ketiga, yang diperkirakan sebagai lantai ruang atau pondasi bangunan, terbuat dari susunan bata. Lantai keempat - kemungkinan merupakan sebuah jalan, tersusun dari bahan boulder dan kerakal. Lantai ketiga dan keempat ditemukan bersama struktur - struktur yang sekarang tampak di permukaan.
Struktur bata menyudut, untuk mengurangi derasnya aliran air?
Pada dinding atas struktur air yang mengubungkan Sanggar Pemelengan dengan kolam berdinding lengkung, terlihat adanya struktur yang juga cukup menarik. Berupa susunan bata-bata menyudut. Struktur itu tampak lebih menonjol dari permukaan rata dindingnya. Ada pendapat, struktur bata menyudut itu dimaksudkan untuk mengurangi derasnya arus air yang masuk.
Namun pertanyaannya, apakah air yang masuk ke lorong bangunan memang setinggi keberadaan struktur bata yang menyudut itu?. Bukankah Sanggar Pamelengan nanti juga akan dipenuhi air hingga atapnya?. Untuk maksud mengurangi derasnya air yang masuk, mungkin lebih cocok ditujukan kepada struktur persegi yang terdapat pada bagian dasar kolam parit.
Struktur ini terdapat pada kolam parit yang membujur utara - selatan, di selatan Candi Kedaton. Struktur persegi menjorok itu berlapis lepa. Posisi bentuk menjoroknya saling bergantian dengan bentuk yang sama di seberangnya.
Candi Kedaton - Ketinggian Sama.
Meski terletak pada ketinggian yang relatif sama dengan sisa struktur bangunan lain di depannya, Candi Kedaton diperkirakan berasal dari periode yang berbeda - kemungkinan dari masa yang lebih tua. Ini terlihat dari teknik penyusunan batanya yang tanpa menggunakan spesi, selain juga bata-batanya memiliki ukuran yang lebih besar.
Teknik penyusunan bata yang sama dengan Candi KEdaton justru terlihat pada kolam-kolam parit di kedalaman tanah. Untuk Situs Sumur Upas - Kedaton yang merupakan multilayer occupation sites, teori yang mengatakan bahwa lapisan budaya tertua berada pada lapisan terbawah, tampaknya tidak berlaku. Sebagai bangunan suci, keberadaan Candi KEdaton dan fungsinya itu mungkin tetap dipertahankan. Tidak ditumpangi oleh bangunan lain dari masa berikutnya.
Makam - Memperlihatkan Tradisi Islam.
Candi Kedaton yang terlihat sekarang sesungguhnya hanyalah bagian dari kaki bangunan. Tidak diketahui bagaimana bentuk badan dan atap bangunannya - kemungkinan merupakan bangunan kayu. Di atas bagian kaki bangunan dulu terdapat empat buah makam. Orientasinya, utara - selatan. Menurut cerita masyarakat, keempatnya merupakan makam Dewi Murni, Dewi Pandansari, Wahita dan Puyengan. Nama kedua terakhir adalah istri dari Damarwulan (Bhrewijaya VI atau Prabu Mertawijaya).
Bentuk makam dengan batu nisan tersebut memperlihatkan tradisi penguburan dalam ajaran Islam - kerangka yang dikuburkan menghadap ke arah barat. Menurut hasil analisa Carbon 14, diketahui jasad - jasad tersebut berasal dari sekitar tahun 1529 - 1650 Masehi. Keberadaan Situs Sumur Upas - Kedaton tampaknya dimanfaatkan pula pada masa perkembangan Islam.
Umpak Batu dan Material Atap - Unsur Bangunan Profan Semi Permanen
Salah satu unsur bangunan yang cukup banyak ditemukan di Situs Sumur Upas - Kedaton adalah umpak batu. Kebanyakan terbuat dari batuan andesit. Bentuknya bermacam - macam. Ada yang memiliki lubang dk tengah dan tanpa lubang, ada yang berbentk persegi dengan ukuran bagian alas dan permukaan yang sama atau tidak sama, dan ada pula umpak batu yang batian alasnya berbentuk segi empat namun permukaannya bersegi delapan.
Umpak batu dikenal sebagai landasan untuk tiang-tiang kayu bangunan seperti pendopo atau bangsal. Bangunan bertiang kayu itu umumnya berupakan bangunan profan semi permanen, baik tertutup maupun terbuka. Atapnya, biasanya berbentuk limasan atau tajun, berbahan tanah liat bakar (genteng) atau ijuk. Di Situs Sumur Upas - Kedaton ditemukan pula fragmen hiasan atap bangunan (wuwungan) dari terakota. Temuan umpak batu dan material atap bangunan ini menjadi indikasi asanya pemukiman di Situs Sumur Upas - Kedaton.
Tips Wisata di Candi Kedaton Sumur Upas :
- Patuhi aturan yang ada di tempat wisata cagar budaya Candi Kedaton Sumur Upas.
- Jangan mengambil, merusak dan melakukan vandalisme pada benda purbakala di area situs.
- Jika ingin melakukan ritual atau sekedar mengambil air sumur, sebaiknya ijin pada petugas lebih dahulu.
- Jagalah kebersihan di area Candi Kedaton Sumur Upas.
Informasi Wisata Candi Kedaton Sumur Upas :
- Lokasi : Jl. Pendopo Agung, Sidodadi, Trowulan, Kec. Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur (Map : Klik Disini)
- Buka / Tutup : 07.00 - 16.00 WIB
- HTM : -
- Wisata Sekitar : Kolam Pancing Kebon Jati, Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, Museum Trowulan, Kolam Segaran.
Ref : Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.