Adat dan budaya yang masih kental, menjadikan Pulau Dewata menjadi salah satu tempat pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Tidak hanya pantai saja, kawasan yang kini menjadi sorotan adalah desa adat termasyur di Kabupaten Bangli, yaitu Desa Penglipuran.
Desa Penglipuran adalah salah satu desa adat tercantik di Indonesia. Keindahan dan kedamaian yang ditawarkannya membuat desa adat ini menjadi desa wisata pada tahun 1993. Keunikan yang khas dari desa ini adalah tata letak dan arsitektur tradisional khas Bali yang masih dipertahankan. Tak heran, semenjak menjadi desa wisata, Desa Penglipuran Bali menjadi tujuan wisatawan domestik dan mancanegara.
Desa Penglipuran berada di Kabupaten Bangli, Bali. Berada sekitar 750 mdpl, desa adat di Bali ini juga menawarkan udara sejuk. Desa wisata Penglipuran terbilang luas, dan sekitar 40% area'nya berupa hutan bambu. Letaknya yang jauh dari pusat kota, pastinya membuaat siapapun yang datang betah berlama-lama mengesplore desa penglipuran ini.
Sekilas Tentang Desa Penglipuran Bali
Desa Penglipuran ini adalah pemberian raja Kerajaan Bangli untuk penduduk Desa Bayung Gede (di Kintamani) yang ikut berperang dan kegiatan lain di kerajaan. Awalnya, desa ini disebut kubu bayung yang berarti Pondok Bayung Gede. Lambat laun, penduduk membangun desa dengan pura yang dibuat mirip dengan Desa Bayung Gede.
Sedangkan nama Penglipuran memiliki beberapa arti, yaitu :
- Pengeling dan pura : berarti masyarakat penglipuran membangun pura seperti di Bayung Gede untuk mengingatnya.
- Pelipur dan lara : berarti penglipuran menjadi tempat menghibur di kala duka. Hal ini karena dulunya penduduk sering menghibur raja saat mendapat masalah.
- Pangleng dan pura : berarti barang siapa ke penglipuran, akan melewati empat pura di penjuru mata angin.
Sekitar tahun 1989/1990, ada proyek dari dinas PU untuk penataan pemukiman dan lingkungan. Selama proyek berjalan, bertepatan dengan adanya KKN (Kuliah Kerja Nyata) pertama kalinya dari mahasiswa Universitas Udayana. Oleh para mahasiswa dan masyarakat, desa ini dibuatkan taman telanjakan dan penataan lingkungan.
Desa adat ini kemudian mengikuti lomba taman telanjakan sampai tingkat nasional. Dari berbagai prestasi yang diterima, Desa Penglipuran Bali mulai dilirik wisatawan pada tahun 1991/1992. Akhirnya pada 29 April 1993, Desa Penglipuran ditetapkan menjadi objek wisata di Bali.
Di awal peresmiannya pada tahun 1995, Desa Penglipuran mendapat penghargaan kalpataru, karena mampu mempertahankan dan memelihara sekitar 75 hektar hutan bambu, 10 hektar vegetasi lain dan masih mempertahankan adat budaya leluhur, serta bangunan tradisionalnya.
Keindahan Pedesaan dalam Sunyi
Desa adat tradisional yang masih berdiri kokoh dikelilingi vegetasi hijau yang subur dan indah ini menjadi desa terbersih di Indonesia yang patut diacungi jempol. Struktur fisik dan pola tata ruang yang khas mencerminkan keasrian desa yang benar-benar membuat siapapun berada di Bali.
Desa Penglipuran memiliki drestha (peraturan tak tertulis) dan awig-awig (aturan tertulis) yang merupakan implementasi dari filsafat hidup yang berbunyi Tri Hita Karana (Tiga sumber untuk hidup harmonis). Ketiga hal itu menjabarkan aspek parahiyanga yaitu hubungan dengan Tuhan, pawongan yaitu hubungan sesama manusia dan palemahan yaitu hubungan manusia dengan alam. Tak heran jika desa adat Penglipuran ini sangat terlihat bersih, tenang dan adem ayem.
Memasuki area desa, akan melewati beberapa gasebo yang biasanya dimanfaatkan untuk beristirahat. Kemudian akan tiba di jalanan desa yang melintang panjang. Disana sudah ada petunjuk arah menuju ke Hutan Bambu, Karang Memadu dan Tugu Pahlawan. Silahkan mau kemana dulu.
Di jalan desa panjang yang viewnya fenomenal, berjajar rumah-rumah penduduk di sisi'nya yang menjual berbagai souvenir. Masing-masing rumah tersebut diberi nomor untuk memudahkan pemandu wisata. Pemandu wisata akan memandu turis masuk ke pekarangan penduduk sesuai nomor dengan sistem berputar. Disana akan dijelaskan tradisi dan budaya masyarakat di Desa Penglipuran Bali.
Adanya pura-pura kuno yang masih terjaga keasliannya, ada juga Tugu Pahlawan di bagian selatan desa yang dibangun pada tahun 1959. Di atas tanah seluas 1,5 Ha ini juga dilengkapi tempat parkir, tempat upacara dan gedung Cura Yudha. Searah dengan Tugu Pahlawan, ada Karang Memadu yang cukup menarik untuk disimak, karena itu adalah bentuk sanksi sosial berupa pengasingan.
Desa Penglipuran sangat menghormati wanita dan melarang lelaki berpoligami. Mereka yang melanggar aturan adat akan diasingkan di Karang Memadu di selatan rumah penduduk. Mereka akan dikucilkan, tidak boleh bergabung melaksanakan upacara adat, silarang masuk pura manapun di Penglipuran dan dilarang melintasi perempatan desa bagian utara.
Desa dengan Bambu Terbaik
Desa Penglipuran memiliki luas sekitar 112 Ha yang 40% nya berupa hutan bambu. Hutan bambu dan hutan vegetasi berada di sisi barat dan utara desa. Bambu yang ada di sesa ini merupakan salah satu bambu terbaik di Bali. Masyarakat setempat sangat menjaga hutan ini karena percaya bahwa pendahulu mereka yang menanamnya, sehingga bambu dianggap sebagai simbol sejarah.
Ada berbagai jenis bambu di Desa Penglipuran Bali, yaitu bambu petung, bambu jajang, bambu tali dan bambu talang. Hutan bambu ini dilindungi dan diatur dalam awig-awig, jadi tidak boleh menebang pohon bambu tanpa ijin dari tetua desa. Bambu di desa ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk membuat bahan bangunan maupun rumah, sedangkan sebagian dari hutan dikelola sebagai Laba Pura (untuk pemeliharaan bangunan pura).
Upacara Adat Desa Penglipuran Bali
Bicara tentang desa adat yang indah ini, kurang lengkap jika tidak membahas kegiatan adat budaya yang ada. Upacara rutin yang setiap hari dilakukan adadalah ngejot, pumama, tilem, kajeng kliwon dan upacara yadna lainnya. Sedangkan upacara yang dilaksanakan rutin oleh krama desa adat, yaitu :
- Ngusaba Nangkan : dilaksanakan tiap 10 tahun sekali.
- Ngusaba Parunan : dilaksanakan tiap 3 tahun sekali di Pura Penataran
- Pakeling : diliaksanakan tiap satu tahun skeli pada Purnama Sasih Kapat.
- Ngusaba Bantal : dilaksanakan tiap satu tahun sekali pada sasih kesanga, yaitu sebelum Hari Raya Nyepi.
- Piodalan : Dilakukan tiap 6 bulan (210 hari kalender Bali) di masing-masing pura menurut waktu yang telah dilakukan.
- Setahun sekali pada Sasih Kasada dilakukan upacara ke Batur dan ngaturang upeti untuk mengingat leluhur di Bayung Gede.
Nah, ketika upacara adat di Desa Penglipuran tersebut berlangsung, biasanya akan banyak wisatawan yang berkunjung. Ada beberapa keunikan yang menjadi daya tarik wisatawan, karena pelaksanaan upacara yang berbeda dengan daerah lain di Bali, seperti penggunaan daging sapi pada upacara ngusaba bantal dan tradisi beya tanam (upacara pengkuburan mayat).
Tidak hanya upacara adat, ada pesona lain yang dilakukan tiap akhir tahun di Desa Penglipuran Bali, yaitu Penglipuran Village Festival. Acara ini sangat beragam, mulai dari parade pakaian adat, barong ngelawang, parade seni budaya dan berbagai lomba. Saat festival ini berlangsung, biasanya jumlah wisatawan akan membeludak.
View dan Kuliner?
Jangan sia-siakan waktu yang ada di desa cantik ini. Banyak foto menarik yang bisa diabadikan dengan kamera, mulai dari indahnya arsitektur bangunan tradisional, keseharian penduduk yang masih lekat dengan adat budaya hingga spot hutan bambu. Selama tidak melanggar aturan, siapapun bebas melakukan aktivitas wisatanya sampai puas.
Tak hanya sekedar menjadi desa wisata di Bali saja, ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan di Desa Penglipuran, seperti wisata bersepeda di hutan bambu dan camping, hingga program group event meliputi outing, outbound dan gathering.
Memang banyak aktivitas yang bisa dilakukan dan disaksikan di Desa Penglipuran Bali. Entah wisatawan sedang sepi maupun ramai, ketenangan desa wisata ini seakan tidak terusik. Jika ingin berlama-lama lari dari hiruk pikuk kota Bali, tidak ada salahnya mencoba menginap di Desa Penglipuran ini, asal menaati peraturan yang berlaku ya guys!.
Cheers... |
Tips Wisata di Desa Penglipuran Bali :
- Patuhi semua aturan desa yang ditetapkan.
- Jangan merusak bangunan atau taman di area desa wisata.
- Jangan menginjak atau melompati canang (sesajen), karena termasuk perbuatan tidak terpuji.
- Jangan masuk tempat ibadah dengan sembarangan. Sebaiknya izin lebih dahulu kepada masyarakat setempat.
- Dikenal sebagai desa terbersih, jangan mengotori area wisata dengan membuang sampah sembarangan maupun vandalisme.
Informasi Desa Penglipuran Bali :
- Lokasi : Jl. Penglipuran, Kubu, Kec. Bangli, Kabupaten Bangli, Bali (Map : Klik Disini)
- Buka / Tutup : 08.00 - 18.00 WITA
- HTM : Rp. 15.000 (dewasa) ; Rp.10.000 (anak-anak)
- Penginapan : Homestay Penglipuran
- Wisata Sekitar : Teras Sawah Tegalalang, Pura Kehen, Beji Guwang Hidden Canyon, Air Terjun Tukad Cepung, Pura Tirta Empul, Pura Gunung Kawi.
Reff : penglipuran.net, wikipedia, bali.idntimes.com