Ambarawa merupakan salah satu kota yang ada di Kabupaten Semarang. Dulunya, kota kecil ini adalah Ibukota Semarang sebelum digantikan Ungaran. Kota yang berjuluk kota Palagan ini terkenal dengan danau Rawa Pening, serta beberapa peninggalan bersejarah sisa dari era penjajahan.
Dalam catatan sejarah, pernah terjadi pertempuran antara rakyat Indonesia terhadap Inggris dan Belanda di Ambarawa pada 20 November 1945 hingga 15 Desember 1945. Pertempuran ini disebut Pertempuran Ambarawa atau Palagan Ambarawa. Maka jangan heran, kalau di kota kecil ini ada beberapa peninggalan masa lalu yang masih bisa dilihat, salah satunya adalah Benteng Pendem.
Benteng yang dikenal juga dengan Benteng Fort Willem I ini dinamakan pendem karena lokasinya berada di bawah tanah (terkubur) sebagai siasat perang. Benteng Pendem Ambarawa berada di Bugisai, Lodoyong, Kecamatan Ambawara, Semarang, Jawa Tengah.
Untuk ke tempat ini ada dua jalan masuk, yaitu :
- Melewati jalan kecil dekat RSUD Ambarawa.
- Melewati pintu masuk ke Lapas Ambarawa.
Melalui Jl. Benteng Dalam terbilang kecil dan hanya cukup dilintasi satu kendaraan roda empat. Bisa masuk lewat jalur utara melewati makam Mbah Mahfud Salam atau melewati kompleks militer dan lapas Ambarawa. Jalur yang direkomendarikan adalah jalur utara (rute 1) melewati makam Mbah Mahfud Salam. Sudah ada tempat parkir disana dengan tarif Rp. 5.000.
Seluk Beluk Benteng Pendem Ambarawa
Saat VOC berkuasa, Ambarawa menjadi titik strategis antara Semarang dan Surakarta. VOC membangun benteng di sepanjang Semarang - Ungaran - Semarang dan Solo, pada abad 18 dengan tujuan pengembangan hubungan dengan Kerajaan Mataram. Pada tahun 1834, dibangunlah Benteng Willem I yang selesai pada tahun 1845. Nama Benteng diambil dari nama Raja Belanda Willem Frederick Prins Vans Oranje-Nassau (1815-1840)
Benteng WIllem I dibangun dengan prinsip defensif untuk pertahanan dari serangan musuh. Benteng ini dibangun di tengah persawahan yang dipenuhi belukar. Konon, pondasi Benteng Pendem ditopang oleh balok kayu jati berukuran besar, menjadikannya seperti kapal yang berdiri di tengah rawa.
Namun melihat bentuknya, seperti benteng ini bukanlah untuk pertahanan. Banyaknya jendela dan tidak adanya bekas lubang di puncak dinding untuk memasang meriam, maka diperkirakan Benteng Pendem Ambawara ini dulunya digunakan untuk gudang logistik dan barak militer berkapasitas 12.000 prajurit.
Selain menyimpan logistik makanan, benteng tersebut juga gudangnya logistik perang, seperti peluru, tank, meriam hingga kendaraan berat. Selain untuk prajurit, logistik makanan juga untuk memenuhi kebutuhan ribuan narapidana yang ditahan di benteng.
Berikut alih fungsi Benteng Pendem Ambarawa dari tahun ke tahun :
- 1834 - 1845 : Benteng Willem I dibangun.
- 1853 - 1927 : Menjadi barak militer KNIL.
- 1927 : Menjadi penjara anak-anak lalu penjara tahanan politik.
- 1942 - 1945 : Dijadikan camp militer Jepang.
- 1945 : Terjadi peperangan antara TKR melawan sekutu. Benteng Pendem akhirnya dijadikan markas TKR (Tentara Keamanan Rakyat).
- 1950 : Dijadikan penjara dewasa, kemudian menjadi penjara anak, lalu menjadi penjara Kelas II B.
- 2003 : Digunakan sebagai LAPAS (Lembaga Permasyarakatan) Kelas II A Ambarawa.
Meski sekarang menjadi LAPAS, pesona masa lalu Benteng Pendem mampu mengundang banyak orang untuk berkunjung, karena desainnya yang estetis bergaya arsitektur Belanda.
Bangunan Estetis Bergaya Belanda
Seperti halnya Lawang Sewu yang memiliki bagian unik dengan ratusan pintunya, Benteng Pendem juga memiliki sisi mencolok yang khas, yaitu banyaknya jendela-jendela serta lengkungan gerbangnya yang berbentuk seperti lorong. Untuk masuk ke area benteng, dari tempat parkir utara akan melewati lorong pintu hingga sampai di bagian dalam.
Pada bagian dalam, menoleh ke kanan dan kiri akan tampak deretan lengkungan yang tampak kuno. Jalur panjang tersebut juga disatukan oleh jembatan di lantai dua yang menghubungkan dengan bangunan lantai dua di seberangnya.
Bagian dinding bangunan ini sebagian besar sudah mengelupas dan di area depan ini, ruangan-ruangan yang ada di deretan tersebut sepertinya tidak digunakan. Faktanya, ternyata ada yang tinggal di dalam Benteng Pendem Ambarawa ini loh!.
Setiap sudut area Benteng Pendem sangat bagus untuk dijadikan spot foto dengan arsitektur gaya Belanda. Jika di lantai bawah, lorong melengkung menjadi spot yang menarik, maka di lantai dua, lorong-lorong panjang dengan jendela warna warni yang berpadu dengan tiang berlumut dan dinding tuanya juga bagus untuk dijadikan spot foto. Di lantai dua ini lah yang masih digunakan sebagai tempat tinggal pegawai LAPAS.
Meski sudah berumur lebih dari satu abad, sebagian arsitektur Benteng Pendem masih kokoh dan asli, sangat fotogenik. Ketika datang ke tempat ini, nuansa kuno dengan kisah masa lalu pastinya akan tergambar begitu saja di pikiran.
Benteng Pendem Ambarawa memang belum dibuka menjadi tempat wisata, meski sering dijadikan lokasi foto prewedding dan hal lainnya. Maka jangan heran kalau masuk ke tempat ini akan ditanya "mau foto atau jenguk?". Kalau bukan ke LAPAS, maka motor wajib parkir di tempat dan silahkan jalan kaki guys.
Rumah Benteng
Pada tahun 2013, Benteng Pendem Ambarawa mendadak naik daun usai menjadi salah satu lokasi film Soekarno arahan Hanung Bramayanto. Tempat ini dijadikan latar sebagai Penjara Banceuy, tempat Soekarno dipenjara di Bandung dan latar kota kecil, tempat Belanda meredam pergerakan pemuda rakyat Indonesia.
Seperti yang sudah dituliskan di awal, Benteng Pendem Ambarawa ini menjadi tempat tinggal di lantai dua. Benteng ini sudah menjadi tempat tinggal pada tahun 1980'an. Sebagian besar benteng memang difungsikan sebagia rumah dinas para pegawai dan pensiunan LAPAS. Setidaknya ada 25 kepala keluarga yang tinggal disini dan bernaung di bawah satuan administrasi yang legal.
Makam yang ada di depan benteng pendem, yaitu Kiai Mahfud Salam, dulunya juga penghuni benteng. Dia mendiami salah satu blok Benteng Pendem hingga akhir hayatnya. Kiai yang masih keturunan Syekh Mutamakkin ini aktif memerangi para penjajah pada masa itu.
Meski bagian depannya seperti bangunan tua kuno tak terawat, bagian interior tempat tinggalnya sangat unik. Dengan ukuran seperti rumah type 45, sudah terdapat ruang tamu, ruang makan, kamar tidur dan dapur di hunian dengan pintu seperti rumah hobbit. Sedangkan untuk kamar mandi, ada di luar benteng, berjajar rapi.
Merupakan salah satu saksi bisu sejarah, maka penggunaan Benteng Pendem Ambarawa ini harus tetap seperti aslinya. Tidak boleh mendirikan dinding baru yang mengubah struktur bangunan mirip kastil ini. Meski begitu, fasilitas yang lengkap dengan suasana yang sejuk, menjadikan masyarakat yang tinggal di dalamnya nyaman dan betah.
Citra Horor yang Makin Pudar
Sisa kejayaan masa lalu yang masih dapat dirasakan di Benteng Pendem Ambarawa ini tak lepas dari misteri yang ada di dalamnya. Banyak yang beranggapan Benteng Pendem ini angker, banyak hantunya. Sehingga orang cenderung menjauh dari sana. Namun, tempat ini justru menjadi wahana wisata yang menarik bagi sebagian orang.
Menjadi bangunan tua yang pasti dihuni makhluk tak kasat mata, ada cerita masyarakat sekitar yang mengatakan bahwa Benteng Fort Willem I ini adalah kerajaan makhluk gaib, yang merupakan gambaran masa pembangunan benteng. Pembangunan benteng saat itu melibatkan banyak orang yang juga mengalami kekerasan hingga tewas.
Beberapa masyarakat yang bertahun-tahun tinggal di dalam benteng sudah terbiasa dengan hal mistis seperti itu. Apalagi jika ada penghuni baru, pasti ada yang ingin 'berkenalan' dengan berbagai cara. Mulai dijahili atau menampakkan wujud.
Alih-alih dari cerita horor yang beredar dan berkembang. Wisata di Ambawara ini sangat menarik untuk dikunjungi, khususnya bagi fotografer atau pemburu foto bangunan kuno. Justru tempat ini banyak dikunjungi wisatawan yang hanya ingin sekedar swafoto. Jika sedang jalan-jalan ke Ambarawa, mampirlah ke Benteng Pendem dengan nuansa kuno Eropa ini guys!.
Tips Wisata di Benteng Pendem Ambarawa :
- Lebih mudah menggunakan kendaraan roda dua.
- Sebaiknya lewat jalur utara, di dekat makam Mbah Mahfud Salam.
- Untuk wisata, kendaraan wajib diparkir di tempat parkir yang sudah disediakan. Jika ingin berkunjung ke LAPAS, motor boleh dibawa masuk. Harap jujur ya...
- Benteng Pendem Ambarawa cukup luas. Berkelilinglah sepuasnya, jangan hanya di area depan saja, karena banyak spot menarik. Sempatkan berkunjung ke rumah masyarakat untuk bersosialisasi sambil melihat bangunan unik yang dihuni.
- Jangan mengotori area dengan membuang sampah sembarangan.
- Jangan merusak bangunan atau melakukan vandalisme.
Informasi Benteng Pendem Ambarawa :
- Lokasi : Bugisari, Lodoyong, Kec. Ambarawa, Semarang. (Map : Klik Disini)
- Buka / Tutup : 08.00 - 17.00.
- HTM : - (Parkir Rp.5.000)
- Aktivitas : Swafoto.
- Fasilitas : Area parkir, toilet.
- Wisata Sekitar :Wisata Bejalen Indah, Museum Kereta Api Ambarawa.
Ref : wikipedia, jatengprov, halosemarang, destinasian.