Selama ini Tuban dikenal dengan bumi Wali. Bukan tanpa alasan, itu karena dulunya Tuban menjadi salah satu kota di Jawa yang menjadi pusat penyebaran agama Islam. Sejarah asal mula Kerajaan Majapahit juga bermula dari Tuban. Di pesisir utara pantai Tuban inilah pasukan Mongol mendarat di Jawa dan kembali ke Cina setelah dikalahkan pasukan Raden Wijaya.
Nama tua Tuban adalah Kambang Putih yang termuat dalam prasasti Kambang Putih (1050) yang dikeluarkan oleh Raja Sri Mapanji Garasakan. Saat itu Kambang Putih telah menjadi pelabuhan yang ramai setidaknya sejak awal abad ke-11, sebagai tempat perdagangan barang niaga antar pulau dan antar benua.
Banyaknya wisata religi, ternyata ada satu tempat wisata Tuban yang menarik untuk dikunjungi yaitu museum. Museum Kambang putih adalah museum satu-satunya di Bumi Ranggalawe. Awalnya museum ini didirikan tahun 1984 dan berada di dalam kompleks Pendopo Krido Manunggal.
Dengan pertimbangan untuk mempermudah akses, serta untuk mengenalkan museum kepada khalayak, maka pada tahun 1996 museum dipindah ke tempat yang lebih strategis yaitu di sebelah barat daya Alun-alun Tuban, berdekatan dengan tempat ziarah Sunan Bonang. Museum Kambang Putih memiliki koleksi yang variatif, meliputi koleksi arkeologika, biologika(1), etnografika(2), keramologika(3) hingga numismatika(4).
Ruang prasejarah
Benda-benda di Museum Kambang Putih didominasi oleh peralatan laut yang diambil dari bawah laut, terutama Pantai Boom. Di ruang prasejarah dengan koleksi biologika terdapat koleksi fosil gajah purba, fosil tanduk kerbau, fosil tulang manusia, fosil kerang, fosil cula badak, fosil keong dan fosil kayu.
Fosil cula badak purba yang hidup sekitar 300.000 tahun yang lalu, ditemukan di Kecamatan Jenu. Akan tetapi terjadi perubahan kimiawi, terjadi proses silifikasi, yang semula zat tanduk berubah menjadi SiO2 (silikon dioksida) sehingga membatu. Ada juga koleksi fosil-fosil lain seperti kerang dan lainnya.
Terdapat juga informasi berupa Peta Citra Komposit Kabupaten Tuban dari Dinas Pertambangan. Terdapat juga sampel bahan-bahan galian yang diletakkan pada botol kaca. Bahan galian tersebut meliputi batu gamping, lempung, dolomit, trass, phospat, silika, kalsit, ball-clay, serta minyak mentah dari sumur galian tua.
Peralatan masa lampau
Di ruang depan yang bersebelahan dengan tempat registrasi juga ada beberapa koleksi peralatan masa lampau yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti :
1. Nekara
Terbuat dari perunggu setinggi 17,5 cm dan berat 1,33 kg ditemukan di Desa Goa Terus, Kecamatan Montong. Nekara dalam ukuran besar digunakan sebagai alat ritual pada zaman perunggu (perundagian) sejak sekitar tahun 500 SM. Sedangkan nekara berukuran kecil selain digunakan sebagai media ritual pemanggil hujan, juga bernilai tinggi untuk mas kawin dan bekal kubur.
Bunyi nekara yang ditabuh merupakan perintah magis yang diyakini memberi kekuatan dan keselamatan ketika berperang. Nekara juga ditabuh pada upacara kematian dan pesta perkawinan. Ditemukan pula nekara yang digunakan sebagai peti mati dalam penguburan mayat.
2. Kapak Persegi
Merupakan hasil teknologi masa bercocok tanam (neolithik), yang digunakan sebagai sarana untuk berburu dan bercocok tanam. Kapak persegi yang besar disebut cangkul. Kapak persegi berpunggung tinggi disebut Belincung dan Kapak persegi berukuran besar disebut Beliung.
3. Kapak Corong
Merupakan hasil budaya zaman logam (perunggu) sejak ± 500 SM. Kapak ini bagian atasnya berbentuk corong belah dan di dalamnya tempat memasukkan tangkai kayu yang menyiku dengan bidang kapak sebagai pegangan. Kapak ini sering disebut kapak sepatu karena seolah-olah mirip kaki manusia. Kapak corong digunakan sebagai sarana upacara ritual.
Koleksi Arkeologika
Dari ruang depan berlanjut ke ruang sebelah kanan. Di ruang selanjutnya ada koleksi arkeologika dengan tema peninggalan masa Hindu Buddha, antara lain :
1. Altar pemujaan
Berasal dari Desa Doromukti dan berbahan batu andesit. Bentuknya mirip seperti pipisan dalam ukuran besar dan panjang membentuk hexagonal. Pada bagian sisi depan terukir angka tahun huruf Jawa Kuno 1233 saka.
2. Lingga - Yoni
Lingga-Yoni berfungsi sebagai media pemujaan. Penganut Hindu meyakini ada tiga macam cahaya di dunia yaitu matahari, kilat dan api. Ketiga unsur inilah yang kemudian dijadikan dasar pembuatan lingga yang terdiri dari tiga bagian yaitu Rudrabhaga/Siwabhaga, Wisnubhaga dan Brahmabhaga.
Lingga dengan aspek utama melambangkan laki-laki (purusa), api, langit dan yoni dengan aspek wanita (prakiti, pradana), bumi, tanah, sebagaimana perkawinan laki-laki dan wanita akan menimbulkan pembuahan, kesuburan dan melahirkan kehidupan baru. Inilah makna penyatuan lingga - yoni.
3. Prasasti Gesikan
Berasal dari Desa Gesikan, Kecamatan Grabagan. Tulisan pada prasasti ini sudah aus sehingga sulit untuk dibaca. Umumnya, prasasti dibuat untuk memperingati penetapan sebidang tanah atau suatu daerah menjadi status sima (tanah perdikan).
Struktur prasasti lengkap terdiri dari :
- Manggala (pemujaan kepada Dewa/Raja).
- Swasti (pananggalan), identitas orang yang memberikan tanah sima, dimana dan kepada siapa tanah diberikan.
- Sambadha (alasan pengeluaran prasasti), para saksi dan hadiah bagi mereka, upacara penetapan sima, pesta setelah upacara penetapan sima.
- Sapatha (kutukan).
- Citraleka (penulis prasasti).
4. Arca-arca
- Arca Pancuran : Digambarkan duduk bersemadhi, kedua telapak tangan dikatupkan di depan dada. Arca ini memiliki lubang sebagai pancuran air pada tangan, serta di bagian belakang arca dilengkapi penghubung kanal air. Arca ini berfungsi sebagai arca pancuran pada candi petirtaan.
- Arca Mahakala : Salah satu perwujudan Dewa Siwa sebagai dewa penjaga pada sisi kanan pintu masuk bangunan suci sebuah candi dengan membawa gada. Dalam posisi berdiri dwibhangga, arca ini dilengkapi atribut mahkota jatamakuta yang dilengkapi kapala (tengkorak) pada bagian tengah, kundala (anting), hara (kalung), keyura (plat bahu) dan cawat dilengkapi katibandha (ikat pinggang).
- Arca Nandi : Arca ini dalam kondisi hilang kepalanya, berfungsi sebagai dewa penjaga pada sisi kiri pintu masuk bangunan suci sebuah candi. Nandi adalah sebutan bagi lembu wahana Dewa Siwa. Wahana (kendaraan) lebih banyak untuk melukiskan watak dan kekuatan dewa.
- Arca Ganesha : Arca ini dalam kondisi aus. Dewa Ganesha adalah anak dari Dewa Siwa dengan perwujudan kepala gajah, berbadan manusia berperut buncit dengan posisi duduk uttkutikasana di atas padma. Pada tangan kanan Ganesha memegang patahan gadingnya sendiri, sehingga disebut juga Dewa dengan satu gading. Sedangkan tangan iri memegang laddu, yaitu daging rusa berbentuk bulat yang dihisap belalainya.
- Arca Buddha Aksobhya
- Arca Durga
5. Peripih
Merupakan peti batu yang pada umumnya ditanam dalam sumuran atau perigi candi. Peripih ini telah hilang bagian isi dan tutupnya. Peripih berisi abu, pasir, logam seperti emas, perak, perunggu, tembaga serta batu permata dan juga relik-relik. Pripih berfungsi untuk menghidupkan candi. Peripih adalah inti dari bangunan suci candi.
Sebelumnya peripih dianggap peti abu jenazah yang ditanam dalam sumuran candi. Tidak semua peripih ditemukan ditanam di dalam sumuran, tetapi ditanam pada bagian lain seperti dinding dan atap candi. Sehingga tidak ada hubungannya dengan pemakaman melainkan sebagai tempat peribadatan.
6. Lumpang
Alat tradisional yang digunakan masyarakat Jawa untuk menumbuk padi menjadi beras atau menumbuk biji-bijian seperti kopi, jagung, atau bahan makanan seperti singkong. Lumpang batu dan alu sebagai penumbuknya banyak dijumpai di desa-desa di Pulau Jawa dan telah dipakai sejak zaman prasejarah (megalithik). Selain untuk peralatan sehari-hari, lumpang seringkali digunakan sebagai sarana upacara sakral.
Ruang Keramik dan Temuan Dari Laut
Ruang selanjutnya adalah koleksi keramik dan temuan bawah laut, antara lain keramik asing dari Cina, Thailand dan Eropa, pedang dan jangkar. Berikut informasi beberapa koleksi ruang keramik dan temuan laut di Museum Kambang Putih Tuban :
1. Piring
Piring yang tinggal sebagian ini berbahan batuan yang ditemukan di dasar laut Tuban. Piring ini dibuat di Quanzhou di Fujian pada abad ke-14 masa dinasti Ming. Piring ini diglasir dengan warna krem, dihiasi dengan naga yang timbul. Pada bagian lingkar piting juga dihias sulur geometris dengan teknik gores.
Ada pula piring Celadon. Piring yang ditemukan dalam kondisi pecah di dasar laut Tuban ini merupakan buatan Longquan masa Dinasti Yuan abad ke-14. Berfungsi sebagai wadah makanan, berglasir warna hijau yang ditengahnya diberi hiasan dengan teknik cetak-tekan dengan hiasan burung Feng (jantan) dan burung Huang (betina) dalam gerakan memutar.
3. Fu Shen
Batu bertuliskan Fu Shen merupakan bagian struktur makam etnis Tionghoa. Kondisinya sudah tidak utus dan patah pada bagian tengah.
4. Guci
Guci besar bercuping 4 masuk ke Indonesia bersamaan dengan bangsa Cina yang datang untuk berdagang di Jawa pada sekitar abad-13 M. Di atas kapal biasanya guci-guci besar ini digunakan sebagai wadah garam, air atau mentega. Guci yang dipergunakan sebagai wadah garam seringkali dianggap bertuah karena bisa untuk menyimpan makanan.
Guci dalam berbagai ukuran yang relatif kecil biasanya dibawa pedagang Cina untuk ditukar dengan rempah-rempah. Selain itu biasanya juga digunakan sebagai wadah obat tradisional yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan.
5. Pedang Pasukan Mongol
Pedang besi ini ditemukan di dasar laut pada bulan Juni 2010, di pantai Tuban sekitar depan Hotel Purnama (Laut Jawa) ketika diadakan pengeboran penanaman pipa oleh Pertamina. Kondisi pedang mengalami korosi berat yang bercampur material dan biota laut, sehingga menyebabkan kondisi besi rapuh dan tidak memungkinkan untuk di konservasi.
Diperkirakan pedang-pedang ini merupakan senjata pasukan Mongol yang dikirim Khubilai Khan untuk menyerang Kertanegara (Kerajaan Singhasari) melalui Tuban pada tahun 1293.
6. Jangkar
Jangkar besar setinggi 1,82 dengan empat kaitan di ujungnya yang ditemukan di perairan laut Bancar. Jangkar lengkap dengan cincin kemudian ini merupakan jangkar kapal bala tentara Mongol untuk menyerang Singhasari pada tahun 1293.
7. Barongsai
Tarian singa ini identik dengan tarian khas masyarakat Tionghoa yang menandai tahun baru Imlek. Tarian ini merupakan usaha untuk mengusir hal-hal bahaya yang akan mengganggu perjalanan kehidupan manusia, sehingga keberuntungan dan umur panjang tanpa gangguan selalu didapat setiap saat.
Ruang Islam
Sebagai kota pusat penyebaran Islam, Museum Kambang Putih wajib memiliki ruangan koleksi Islam. Ruang Islam di museum ini menyimpan koleksi antara lain naskah pendalangan, Al-quran tulis tangan, tasbih, kalpataru, nisan, tempayan, bedug, mimbar, marmer masjid Agung Tuban, foto-foto, daftar bupati Tuban dan lain sebagainya.
Tasbih - Gapyak - Naskah Pedalangan & Serat Macapat |
Berikut informasi beberapa koleksi Ruang Islam di Museum Kambang Putih Tuban :
- Serat Sekar Macapat : Ditulis oleh Mas Kartamidjaja tahun 1931. Berisi dongeng-dongeng binatang.
- Naskah pedalangan wayang purwa jilid XXIV : Persembahan dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII dari Surakarta.
- Tasbih : Dibuat dari biji buah pisang pidak yang telah dikeringkan.
- Gamparan / Gapyak : Dulu dipakai ketika musim penghujan sebagai alas kaki atau sandal. Seringkali dipakai oleh Kyai dan para santri menuju masjid atau mushola saat musim hujan.
Kalpataru Kayu
Terbuat dari kayu jati sebagai tiang penyangga atau soko tunggal pada 'pendopo rante' di kompleks makam Sunan Bonang. Kayu bercabang empat diukir berbagai motif tumbuhan, fauna serta bangunan suci dari empat agama yaitu Islam, Hindu, Buddha dan Konghucu. Bahkan animisme dan pemujaan leluhur yang disimbolkan dengan ukiran / arca primitif juga termuat dalam Kalpataru.
Bangunan suci dari empat agama yang diukir pada satu tempat memiliki filosofis sebuah harapan yakni merajut harmoni, membangun kerukunan dan persatuan umat beragama, yang tertuang dalam pohon harapan atau Kalpataru. Semua dengan satu tujuan, pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang disimbolkan dengan satu tiang yang tegak ke atas.
Berdasarkan tes carbon 14 dalam menentukan kronologis absolut (umur pasti) dengan teknik perhitungan waktu radiocarbon : AMS (Accelerator Mass Spectrometry) oleh Beta Analytic Radiocarbon Dating Laboratory di Miami, Florida, USA pada tanggal 8 Agustus 2014, menunjukkan bahwa Kalpataru ini telah dibuat pada era 1445 sampai 1525.
Ruang Etnografi
Koleksi Museum Kambang Putih Tuban merupakan koleksi budaya masyarakat Tuban. Ruang Etnografi menyimpan berbagai motif batik gedog Tuban, ongkek, senjata tradisional, peralatan nelayan tradisional, berbagai alat teknologi, peralatan dapur tradisional, pakaian tradisional, gamelan, perangkat kesenian sandur dan sebagainya.
Koleksi Peralatan Dapur dan Budaya Kesenian |
Koleksi Teknologi |
Berikut beberapa informasi koleksi di Ruang Etnografi :
1. Batik Gedog Tuban
Gedog Tuban yang dikenal dengan proses pembuatan kainnya dengan tenun gedog menyimpan kekayaan motif tradisional yang pakem diantaranya motif panji konang, ganggeng, owal awil, kijing miring, gunting, rengganis, gringsing, kesatrian, kembang waluh, kembang kluwih, lok can dan likasan kotong.
2. Mesin jahit kecil
Mesin Jahit kecil dan beberapa peralatan lain |
Mesin jahit dengan sistem putar manual dengan tangan (engkol) mulai dikenal di Indonesia pada masa kolonial sekitar tahun 1920 yang diproduksi di Jerman.
3. Alat membuat gerabah
Peralatan membuat gerabah terdiri dari :
- Landas sebagai alas ketika gerabah dibentuk.
- Tatap untuk memukul-mukul dinding gerabah, sehingga bentuknya halus.
- Tatap dari batu kecil biasanya digunakan untuk membuat kendi.
- Gelangan kawat untuk membentuk leher, bibir wadah.
- Cukitan untuk menghaluskan sudut-sudut wadah.
- Cetakan genteng.
4. Senjata tradisonal
Berbagai senjata tradisional yang ada di Musium Kambang Putih antara lain :
- Keris Tilam Upih dengan warangka 'gayaman Surakarta'.
- Keris pamor 'udan mas'.
- Golok pusaka.
- Wesi Aji, berbentuk seperti mata tombak kecil, namun bentuknya tidak proporsional dan unik.
- Patrem, keris kecil luk 5.
- Tombak 'belah rotan', bilahnya cembung di salah satu sisinya dan pada sisi lain yang datar.
- Kacip, alat seperti gunting untuk memotong buah pinang dalam keperluan menginang, terbuat dari 'wesi aji'. Alat ini tidak utuh karena bagian yang lain telah hilang.
- 3 bentuk Azimat atau Jimat, yang dibawa dalam saku atau dompet untuk keselamatan dari musuh atau dalam peperangan, tentunya atas ijinNya.
Selain itu juga ada keris, kapak, pedang dan beberapa peralatan yang digunakan untuk membantu aktivitas berkebun maupun sebagai senjata.
5. Wayang Klithik
Wayang ini peninggalan seorang dalang bernama Ki Soemadiharjo, Desa Sendangrejo, Kecamatan Parengan, Tuban. Wayang Klithik juga disebut wayang Krucil, berasal dari perkataan yang bermakna kecil atau sedikit kurus. Wayang Klithik merupakan wayang pesisir (di luar wayang keraton). Ada yang berpendapat wayang ini dipopulerkan oleh Pangeran Pekik Surabaya.
6. Gamelan Ruwat
Gamelan ini tediri dari empat jenis yaitu bonang, saron, kempul dan gong. Digunakan untuk mengiringi pagelaran wayang untuk ritual ruwatan, dilakukan oleh dalang khusus yang memiliki kemampuan dalam bidang ruwatan. Selain untuk ruwatan, gamelan ini juga digunakan dalam upacara nyadran dan bersih desa.
7. Angkle
Model sandal yang masing-masing dilengkapi empat kaki tambahan dan tali digunakan masyarakat Tuban yang berprofesi sebagai nelayan, dipakai ketika mencari udang rebon (acetes) dan tiram (bivalvia). Dengan memakai angkle ini, kaki para nelayan aman dari sayatan tajam batuan karang.
8. Peralatan nelayan tradisional
Berbagai sarana untuk mencari ikan antara lain : jala untuk mencari ikan, serok untuk mencari nener, angkle untuk mencari rebon, kepis untuk wadah hasil pancingan dan pancing ulur untuk memancing.
9. Ongkek
Alat atau wadah untuk menjual legen, minuman tradisional Tuban yang diperoleh dari sadapan bunga berbentuk sulur dari pohon Siwalan (borassusflabelifer) atau pohon lontar. Kelengkapan ongkek yaitu, pikulan, bonjor, centhak, bethek, centhelan bethek, capil, kepis, kolongan, sandal gebang, sabuk otong, pisau deres dan kepek (sarung pisau). Sampai sekitar tahun 1970 masih banyak dijumpai penjual legen keliling di jalan-jalan atau perkampungan Tuban menggunakan ongkek.
Ruang Numismatik
Ruang ini berisi koleksi uang sebagai alat tukar pada masa pemerintahan Hindia Belanda (1816-1942) dan Jepang (1942-1945). Koleksi museum berupa uang logam, uang kertas dan kepeng.
1. Kepeng Cina
Ditemukan di Ds. Tambakboyo, daerah pantura Tuban, yang paling tua dari masa dinasti Tang Kaisar Kaiyuan (713-741). Kepeng Cina mulai tersebar bersamaan dengan majunya perniagaan Sung dan secara khusus membanjiri Jawa yang peran perantaranya dalam jaringan niaga sedang menguat.
Uang yang terbuat dari bahan perunggu ini di bawa oleh bangsa Cina, kemudian beredar di Jawa sebagai alat pembayaran yang sah pada waktu itu sejak abad ke-12 dan lambat laun dapat diterima oleh masyarakat pribumi. Mereka membawa dan memperkenalkan mata uang yang disebut C'hien, dengan ciri ada lubang berbentuk bujur sangkar di tengahnya.
Di Jawa sekitar tahun 1349 di produksi sendiri serupa uang kepeng ini dari bahan timah, perak, timbel dan tembaga yang disebut Gobok. Sekitar 1854 masih di jumpai uang kepeng yang dipakai di Sumatera, bahkan di Bali digunakan sampai saat ini terutama untuk kegiatan upacara/ritual. Dia Bali disebut Pis Bolong, dan di Kalimantan disebut Picis atau Gobang.
2. Uang VOC (Vereenig de Oost Indische Compagnie)
Uang VOC atau Dutch East Indies dinamakan Doit atautau di Indonesia dikenal dengan nama Duit. Istilah duit berasal dari salah satu koin logam yang digunakan dalam perdagangan di Belanda serta wilayah di barat Jerman yang berbatasan dengannya (Kleve dan Geldern) pada abad ke-17 dan ke-18. Indonesia, dan beberapa wilayah di Amerika dan Afrika pernah dibawah pemerintah VOC dan pemerintah Hindia Belanda kemudian turut menggunakannya. Koin duit digunakan di Belanda sampai tahun 1854.
3. Uang Kertas
Ketika Belanda terdepak oleh Inggris pada abad ke-19. Uang kertas semakin populer digunakan. Salah satu yang dikenal luas adalah uang kertas Probolinggo (1810).
Berikut perkembangan uang kertas di Indonesia :
- 1828 : Pendirian De Javasche Bank. Bank pertama di Indonesia oleh Belanda
- 1832 & 1842 : Merilis uang kertas tembaga dan uang tembaga dalam mata uang Golden.
- 1873 : Uang kertas bernuansa Indonesia pertama kali beredar dengan corak Kota Batavia.
- 1897 : De Javasche Bank merilis uang kertas seri Coen / Nercurius bergambar lambang Kota Surabaya, Batavia dan Semarang.
- 1934 : Lambang kolonial pada uang kertas diganti nuansa pribumi.
- 1942 : Jepang menggantikan Belanda menjajah dan menyebarkan uang kertas tandingan.
- 1943 : Jepang mengganti mata uang gulden dengan roepiah.
Selain menampilkan berbagai koleksi untuk edukasi pengunjung, Museum Kambang Putih juga memiliki beberapa program publik untuk menumbuhkan pemahaman masyarakat akan budaya, seni dan lainnya. Program yang ada seperti Belajar Bersama Museum, Kajian Koleksi, Lomba Lukis dan Dongeng Bahasa Jawa.
Pada November 2020, ada Pameran Temporer Museum Kambang Putih dengan tema Hikayat Becak : Mengayuh dari Masa Lalu Hingga Kini. Pameran ini berlangsung cukup lama karena saat 2021 masih ada di dalam museum. Ruangan khusus untuk pameran adalah ruang terakhir dan ujung dari perjalanan di museum. Nah, Itu adalah beberapa ruang dan koleksi di Museum Kambang Putih Tuban.
Sejarah Tuban sangat menarik. Tempat penghasil tuak ini dulunya pernah memiliki pelabuhan internasional karena berada di jalan sutera, sekaligus menjadi saksi bisu beberapa peristiwa sejarah. Selain yang tertulis di atas, masih ada beberapa koleksi lagi yang tidak semua dijelaskan di atas secara rinci, karena mengunjungi museum secara langsung pasti lebih menarik. Jadi jangan lupakan wisata Tuban penuh edukasi ini ya guys!
Tips Wisata di Museum Kambang Putih :
- Tempat parkir untuk roda empat kurang luas. Jadi sebaiknya parkir di sekitar Masjid Agung Tuban di area Alun-alun Tuban.
- Taati tata tertib dan aturan museum.
- Jangan membawa minuman dan makanan ke dalam gedung museum.
- Harap merokok di tempat yang sudah disediakan.
- Dilarang melakukan kegiatan pengambilan gambar yang mengandur unsur mistis dan SARA di lingkungan Museum Kereta Api Ambarawa.
- Jangan mengotori area wisata dengan membuang sampah sembarangan maupun vandalisme.
Informasi Museum Kereta Api Ambarawa :
- Lokasi : JL. Kartini No.03, Kutorejo, Kec. Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur 62311 (Map : Klik Disini)
- Buka / Tutup : Minggu - Kamis (07.00 - 14.00) ; Jum'at (07.00 - 11.00) ; Sabtu (07.00 - 12.00).
- HTM : Gratis
- Wisata Sekitar : Makam Sunan Bonang, Alun-alun Tuban.
Note :
(1)benda koleksi disiplin ilmu biologi (rangka manusia, tengkorak, hewan, dan tumbuhan baik fosil ataupun bukan.(2)benda benda yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari tetapi digunakan oleh masyarakat zaman dahulu.
(3)benda koleksi berupa barang pecah belah yang dibuat dari bahan dasar tanah liat yang dibakar.
(4)benda-benda terkait uang, seperti uang kertas, uang koin, token, dan benda-benda terkait lainnya yang pernah beredar dan digunakan oleh masyarakat.
Ref : Museum Kambang Putih Tuban