Candi Sanggrahan adalah salah satu situs peninggalan sejarah bercorak Buddhis di Tulungagung. Wisata cagar budaya ini berada tersembunyi di pelataran tinggi di tengah perumahan warga. Semenjak direstorasi, wisata di Tulungagung ini pun ramai dikunjungi wisatawan
Disebut juga dengan nama Candi Cungkup dan Candi Pruntung, asal mula keberadaan candi ini tidak begitu jelas karena tidak ditemukan prasasti yang menyebutkannya. Sesuai namanya, candi ini diduga menjadi tempat mesanggrah atau berkemah waktu itu. Informasi yang kurang mengenai Candi Sanggrahan, memunculkan banyak dugaan kalau candi ini erat kaitannya dengan Candi Gayatri yang tidak terpaut jauh dari lokasi.
Beberapa relief hewan di kaki Candi Sanggrahan diperkirakan dalam bagian naskah Tantri Kamandaka, yaitu naskah Jawa Kuna yang memuat dunia satwa. Kisahnya bercerita tentang pertarungan lembu betika bernama Nandaka dan singa bernama Sri Candapinggala.
Bangunan ini pernah dipugar pada tahun 2015 dan direkonstruksi seperti awal ditemukan. Meski gapura masuk ke teras seperti reruntuhan bangunan, tetapi sesuatu yang berada di dalamnya terbilang megah dan menyimpan secuil kisah masa lalu Nusantara yang berjaya.
Ref:
Kebudayaan & Arkeologi Jawa, Kemendikbud.
Radar Tulungagung.
Jayanti, Terty. Puspasari, Ratih. 2020. Eksplorasi Etnomatematika pada Candi Sanggrahan Tulungagung. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika. 6(2), 53-66.
Disebut juga dengan nama Candi Cungkup dan Candi Pruntung, asal mula keberadaan candi ini tidak begitu jelas karena tidak ditemukan prasasti yang menyebutkannya. Sesuai namanya, candi ini diduga menjadi tempat mesanggrah atau berkemah waktu itu. Informasi yang kurang mengenai Candi Sanggrahan, memunculkan banyak dugaan kalau candi ini erat kaitannya dengan Candi Gayatri yang tidak terpaut jauh dari lokasi.
Candi Sanggrahan Tulungagung |
Candi Sanggrahan berada di Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Berdasarkan bekas bangunan di bagian pintu, bagian belakang dan dinding area candi yang terbuat dari batu bata, maka candi ini diduga berasal dari zaman Majapahit.
Struktur Bangunan Candi Sanggrahan
1. Ukuran Candi
Secara umum, kompleks Candi Sanggrahan terdiri atas sebuah bangunan induk dan dua buah sisa bangunan perwara yang berada pada teras atau undakan setinggi 2,25 meter. Untuk mencegah longsor, seluruh tepi pelataran bangunan tersebut diperkuat dengan struktur bata.
Tangga ke Teras 3 |
Sebenarnya ada teras tiga tingkat sebelum candi induk, tetapi teras 1 dan 2 tertanam dalam tanah dan sudah masuk ke pekarangan warga. Jadi yang ada sekarang hanyalah teras 3 yang dikelilingi pagar (batur candi) yang memiliki gapura menghadap ke barat.
Bagian Depan Candi Induk |
Bangunan induk berukuran panjang 12,60 m, lebar 9,05 m dan tinggi 5,86 m. Bangunan perwara I di sebelah selatan berukuran panjang 4 m, lebar 3,80 m dan tinggi 0,96 m. Sedangkan bangunan perwara II memiliki ukuran panjang 2,25 m, lebar 3,2 m dan tinggi 0,96 m.
Di belakang bangunan induk, terdapat bangunan perwara yang berada di sebelah timur terbuat dari bata merah. Dulunya, pada bagian timur bangunan induk terdapat lima buah arca Budha yang masing-masing memiliki posisi mudra yang berbeda. Demi keamanan, maka arca-arca tersebut sekarang tersimpan di Museum Wajakensis.
Di sebelah utara, tepatnya di dinding batur candi terdapat umpak yang dulunya digunakan untuk bersuci. Sehingga diperkirakan fungsi utama Candi Sanggrahan adalah tempat untuk melangsungkan upacara agama. Bagian utara candi yang tidak digali disebut pendopo candi. Hanya di dalam batas batur tersebut tim arkeologi berhenti karena area candi telah masuk tanah milik warga.
Tidak banyak yang menjelaskan dengan detail mengenai sejarah candi di Tulungagung ini. Keberadaan Candi Sanggrahan awalnya diperoleh dari J. Knebel tahun 1908 yang menjumpai lima arca Buddha di sekitar candi. Kemudian dilakukan penelitian pada tahun 1915 dan 1923 oleh Oudheikundige Diest (Dinas Purbakala Masa Kolonial Belanda).
Menurut Kemdikbud, candi ini diduga dibangun pada jaman Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1359-1389). Namun, ada pendapat lain yang mengatakan candi ini dibangun pada tahun 1350 M.
Keberadaan Candi Sanggrahan dikaitkan dengan keberadaan Candi Boyolangu yang sekarang dikenal dengan Candi Gayatri, karena letak keduanya tidak terpaut jauh. Bahkan ada kisah yang dipercaya masyarakat sekitar mengenai Candi Sanggrahan.
Kisah yang terkenal versi Sina Mijoyo Suyono (Mahfudhoh, 2016:138) menyebutkan bahwa candi ini dulunya adalah tempat peristirahatan rombongan pembawa jenazah Gayatri Rajapatri. Rombongan kerajaan dari Majapahit ini hendak menjalani upacara pembakaran di Candi Boyolangu dan mereka mendirikan perkemahan di Candi Sanggrahan yang luas.
Adanya kelompok pendeta yang sempat beristirahat disana diperkuat dengan adanya temuan pondasi yang cukup luas di sekitar Desa Sanggrahan. Namun, menurut kisah yang diriwayatkan dalam Kitab Negarakertagama, candi ini dipercaya digunakan sebagai tempat pendharmaan Bhre Paguhan.
2. Kompleks Candi
Bangunan induk Candi Sanggrahan menggunakan bahan andesit dengan isian bata. Strukturnya terdiri dari bagian kaki, tubuh dan atap candi. Bagian kaki memiliki ketinggian sekitar dua meter dan memiliki relief harimau. Di depan candi utama terdapat batu lapik untuk alas arca dan terdapat reruntuhan bekas gapura (pintu masuk ke pelataran candi). Sedangkan pada bagian atas memiliki tempat perabuan (sumur candi).
Candi Induk dan 2 Candi Perwara |
Di sebelah utara, tepatnya di dinding batur candi terdapat umpak yang dulunya digunakan untuk bersuci. Sehingga diperkirakan fungsi utama Candi Sanggrahan adalah tempat untuk melangsungkan upacara agama. Bagian utara candi yang tidak digali disebut pendopo candi. Hanya di dalam batas batur tersebut tim arkeologi berhenti karena area candi telah masuk tanah milik warga.
Sejarah Candi Sanggrahan
Sebelum Dipugar |
Menurut Kemdikbud, candi ini diduga dibangun pada jaman Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1359-1389). Namun, ada pendapat lain yang mengatakan candi ini dibangun pada tahun 1350 M.
Keberadaan Candi Sanggrahan dikaitkan dengan keberadaan Candi Boyolangu yang sekarang dikenal dengan Candi Gayatri, karena letak keduanya tidak terpaut jauh. Bahkan ada kisah yang dipercaya masyarakat sekitar mengenai Candi Sanggrahan.
Kisah yang terkenal versi Sina Mijoyo Suyono (Mahfudhoh, 2016:138) menyebutkan bahwa candi ini dulunya adalah tempat peristirahatan rombongan pembawa jenazah Gayatri Rajapatri. Rombongan kerajaan dari Majapahit ini hendak menjalani upacara pembakaran di Candi Boyolangu dan mereka mendirikan perkemahan di Candi Sanggrahan yang luas.
Adanya kelompok pendeta yang sempat beristirahat disana diperkuat dengan adanya temuan pondasi yang cukup luas di sekitar Desa Sanggrahan. Namun, menurut kisah yang diriwayatkan dalam Kitab Negarakertagama, candi ini dipercaya digunakan sebagai tempat pendharmaan Bhre Paguhan.
Wisata Sejarah yang Cukup Populer
Kompleks Candi Sanggrahan ini tidak jauh dari pusat kota Tulunggagung dan hanya memerlukan sekitar 15 untuk sampai ke lokasi. Meski areanya tidak terlalu luas, candi terbesar di Tulungagung ini dirawat dengan baik dan sering menjadi lokasi berbagai kegiatan.Candi bercorak Buddha ini memiliki bentuk yang cukup unik dengan hiasan relief hanya pada bagian kaki candik. Terdapat delapan paniel pahatan relief kancil bertelinga lebar dan singa saling berhadapan. Namun, alur cerita relief tersebut tidak cukup jelas karena antar relief berdiri sendiri-sendiri.
Relief Candi Sanggrahan |
Beberapa relief hewan di kaki Candi Sanggrahan diperkirakan dalam bagian naskah Tantri Kamandaka, yaitu naskah Jawa Kuna yang memuat dunia satwa. Kisahnya bercerita tentang pertarungan lembu betika bernama Nandaka dan singa bernama Sri Candapinggala.
Bangunan ini pernah dipugar pada tahun 2015 dan direkonstruksi seperti awal ditemukan. Meski gapura masuk ke teras seperti reruntuhan bangunan, tetapi sesuatu yang berada di dalamnya terbilang megah dan menyimpan secuil kisah masa lalu Nusantara yang berjaya.
Tips wisata di Candi Sanggrahan :
- Patuhi tata tertib di kawasan candi.
- Tidak boleh menaiki bangunan candi induk dan dua candi perwara.
- Jangan mengambil, merusak dan melakukan vandalisme pada benda purbakala di area situs.
- Jagalah kebersihan di area Candi Sanggrahan.
Informasi Wisata Candi Sanggrahan :
- Lokasi : Desa Sanggrahan, Boyolangu, Sanggrahan Lor, Sanggrahan, Kec. Tulungagung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur (Map : Klik Disini)
- Buka / Tutup : 08.00 - 15.00 WIB
- HTM : -
- Wisata Sekitar : Candi Gayatri, Tangga Sewu Boyolangu, Sendang Candi Dadi, Goa Selomangleng, Wisata Watu Joli Pucungkidul.
Ref:
Kebudayaan & Arkeologi Jawa, Kemendikbud.
Radar Tulungagung.
Jayanti, Terty. Puspasari, Ratih. 2020. Eksplorasi Etnomatematika pada Candi Sanggrahan Tulungagung. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika. 6(2), 53-66.